Jum'at, 17 Juli 2009 : Ledakan Terjadi di JW Marriott dan Ritz Carlton. Dengan rincian korban Meninggal dunia : 9 Orang, Luka –luka : 53 Orang, Jumlah korban : 62 Orang.      Selasa,28 April 2009 : Departeman Hubungan luar dan Pengabdian Masyarakat BEM STMIK PPKIA Tarakanita Rahmawati mengadakan kegiatan donor darah yang diikuti oleh mahasiswa dan mahasiswi bertempat di kantor cabang PMI kota Tarakan.      Sabtu, 25 April 2009 : Presentasi kegiatan FPMI bersama BEM berlangsung sesuai rencana.      Jum'at, 24 April 2009 : Tarbiyah akhwat berlangsung di musholla STMIK PPKIA dengan pemateri Ummu Eny.

Jumat, 06 Juni 2008

KH. Hasyim Muzadi: “Trisula” yang Hancurkan Islam

Ketua PBNU, KH. Hasyim Muzadi mengatakan, Islam dihancurkan oleh kelompok “Trisula”. Mereka adalah Islam fundamentalis, Islam Liberal dan sinkretis

Hidayatullah.com--Berbagai konflik dan kerusuhan yang ada di Indonesia yang sebagian besar dihuni oleh umat Islam ini diduga didalangi oleh aktor-aktor yang bermain di belakang layar untuk mengamankan kepentingan mereka atas sumber daya alam Indonesia yang sangat kaya.

“Yang Islam dilumpuhkan, sumber dayanya diambil. Orang Indonesia dibuat tak produktif diatas tanah yang produktif, aneh kan. Tanah begini subur kita lapar,” kata KH Hasyim Muzadi dikutip NU Online.

Para penganggu kedamaian ini didefinisikan sebagai kelompok trisula yang terdiri dari golongan liberalis, fundamentalis dan sinkretis yang dibuat untuk menghancurkan Indonesia

“Kita ini dimainin, dibikinlah Islam Liberal dan mereka juga dikasih duit. Diem-diem yang kelompok garis keras juga dikasih duit, tentunya melalui tangan ke seribu. Ditengah- tengah itu, budaya klenik juga berkembang seperti adanya nabi baru, akhirnya Islam jadi kacau,” katanya.

Upaya penyelamatan Islam dan Indonesia ini bisa dilakukan jika golongan Islam moderat seperti NU dan Muhammadiyah dapat bekerjasama secara lebih konkrit dalam pengembangan ilmu, budaya, peningkatan kesejahtaraan dan lainnya.

“Kita harus mengabaikan seluruh masalah khilafiyah, nga usah dibicarakan. Sekarang berfikir kepentingan agama dan negera masalah hukum, kesejahteraan masyarakat, dan kebodohan,” ujarnya.

Pihak asing, menurutnya selalu menggunakan jargon demokrasi, free market, cabut subsidi dan yang sejenisnya, sementara mereka sendiri menaikkan proteksi terhadap produk luar.

“Ini diterima oleh intelektual yang bermental inlander. Jadi yang inlander bukan rakyat, tapi intelektual dan penguasanya,” tandasnya.

Jika bepergian ke luar negeri, Hasyim merasa malu karena tidak ada sesuatu yang bisa dibanggakan dari Indonesia kepada bangsa asing.

“Kita malu kalau ke luar negeri, nga ada orang hormat.bayangannya TKW dipancung, sementara kita disini bertengkar terus,” ujarnya. [nu/www.hidayatullah.com]


0 komentar:


*Copyright ©2005.FPMI STMIK PPKIA Tarakanita Rahmawati.Tarakan-Kalimantan Timur