Jum'at, 17 Juli 2009 : Ledakan Terjadi di JW Marriott dan Ritz Carlton. Dengan rincian korban Meninggal dunia : 9 Orang, Luka –luka : 53 Orang, Jumlah korban : 62 Orang.      Selasa,28 April 2009 : Departeman Hubungan luar dan Pengabdian Masyarakat BEM STMIK PPKIA Tarakanita Rahmawati mengadakan kegiatan donor darah yang diikuti oleh mahasiswa dan mahasiswi bertempat di kantor cabang PMI kota Tarakan.      Sabtu, 25 April 2009 : Presentasi kegiatan FPMI bersama BEM berlangsung sesuai rencana.      Jum'at, 24 April 2009 : Tarbiyah akhwat berlangsung di musholla STMIK PPKIA dengan pemateri Ummu Eny.

Selasa, 15 September 2009

Manusia

Makhluk yang Tergesa-gesa

”Tunjukkanlah Kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka” (Q.S Al-Fatihah ayat 6 -7)



Wahai saudara ku... semoga Allah menjaga kita semua dan semoga Allah selalu membimbing kita kepada jalan yang lurus yaitu jalan orang – orang yang Allah berkenikmatan kepada mereka. Sebagaimana firman-Nya didalam al-Quran surat Al-Fatihah.



Pernah suatu ketika, seorang muda belia yang sedang berlayar tercengang ketika menyadari bahwa dirinya terdampar di tepian pantai. Ia pergi kesana kemari untuk mencari pemukiman dan mencari pertolongan. Nihil.. tak satupun tanda-tanda komunitas ia temui. Ingin melayarkan perahu mininya. Raib.. mungkin terbawa ombak yang menderu disana. Ingin menghubungi sanak saudaranya. Fiktif.. dengan apa ia menghubungi keluarganya? Ia lalu berdo’a pada Rabbnya memohon pertolongan, “Ya Allah ya raab.. aku ingin pulang..”

Menunggu dan menunggu, sedikit ragu dan bimbang. Apakah do’a yang ia panjatkan akan terkabulkan? Kondisi yang tak memungkinkan untuk mendapatkan pertolongan untuk berkumpul lagi bersama sanak saudara yang ia cintai. Ayah, ibu, dan semua orang yang sangat ia kasihi terbayang spontan dibenaknya. Ia berlalu dan membangun sebuah gubuk untuk dijadikan media berteduh dimalam hari yang dingin ditepi pantai saat itu.
Berberapa hari telah ia lalui dengan pahit dan menggerutui keadaan yang tak pasti membuatnya berprasangka tidak baik kepada apa yang telah diberikan Allah. “Ya Allah, mengapa Engkau tak mengabulkan do’aku? Cukup Tuhan.. Ini ketidakadilan.. Engkau maha Adil mengapa tidak berlaku adil??”. Do’anya yang begitu lugu dan terlalu tergesa-gesa itu membuatnya semakin tak bisa berfikir tenang.


خُلِقَ الْإِنسَانُ مِنْ عَجَلٍ سَأُرِيكُمْ آيَاتِي فَلَا تَسْتَعْجِلُونِ
“ Manusia telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa. Kelak akan Aku perIihatkan kepadamu tanda-tanda azab)-Ku. Maka janganlah kamu minta kepada-Ku mendatangkannya dengan segera.” (QS.Al-Anbiya’,21:37)

Demi menjaga kelangsungan hidupnya, dengan sangat terpaksa dipungutnya kayu-kayu lalu ia bakar untuk sekedar memasak apa yang bisa ia makan disana. Sembari mencari bahan makanan, pergilah ia ke hutan. Tidak begitu lama begitu terguncangnya ia ketika menyaksikan gubuk yang telah ia bangun itu terlalap api yang menari-nari dipelupuk matanya tanpa henti. Asap membumbung tinggi dan ratalah gubuk yang ia miliki bersama tanah. Tinggallah tanah lapang dengan sedikit bongkahan hasil lalapan si jago merah.

Ketidaktenangannya itu membuatnya bersu’uzan pada Allah. Ketergesaannya dalam berpikir itu membuatnya tidak hanya menggerutu, tapi juga marah dan murka terhadap apa yang telah terjadi. “Ya Allah.. cobaan apa lagi ini? Kau telah porak-porandakan aku dengan ketidakberdayaan terdampar dipulau yang asing bagiku?, Kau utus si jago merah untuk membakar gubukku?”

Selang berapa lama kemudian sayup-sayup terdengar deruan mesin. Semakin dekat, dekat, dan menghampiri anak muda dengan kecepatan yang diperlambat beraturan. Anak muda tercengang dan sedikit heran dengan apa yang ada didepan matanya itu. “butuh bantuan nak?, mari bapak antarkan pulang” tanya bapak yang berada didalam. “ Mengapa bapak bisa tahu kalau saya…”tanyanya. “Hmm.. bukankah kamu mengirimkan sandi pertolongan lewat asap itu nak??” Tanya bapak itu lagi. Anak muda tercengang, berlalu, dan menyesali perbuatan zalim, su’uzan pada Allah. Ia pulang dan bertaubat.

Manusia. Makhluk yang dikaruniakan akal, tapi jarang menggunakan akal dan pikirannya untuk menelaah apa yang terjadi di alam. Makhluk yang dikaruniakan nafsu, tapi nafsu yang ia aplikasikan adalah nafsu yang membawanya selalu tergesa-gesa, takut, dan lalai dalam bermunajat pada Allah.
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
“Karena sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan” (QS. Al-Insyirah:5)

Subhanallah. Besama kesulitan itu ada kemudahan. Inilah janji Allah. Dikala kita mengalami kesulitan, ingatlah bahwa kemudahan akan datang. Ridha dan sabar pada taqdir-taqdir Allah, dan kita semua telah mengetahui bahwa taqdir-taqdir Allah yang Allah timpakan kepada mahluk-Nya, sebagian sesuai dengan apa yang kita harapkan dan sebagian lagi berbanding terbalik dengan apa yang kita inginkan. Jika dianalogikan,

Apakah sakit disukai manusia? tidak sama sekali. Manusia menyukai sehat.
Apakah kefakiran disukai manusia ? Tidak, manusia menyukai menjadi orang kaya.
Apakah bodoh disukai manusia ? Tidak, manusia menyukai menjadi seorang yang pandai

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوفْ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمَوَالِ وَالأنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah:155)

Sangat munafik sekali jika kita tidak bersyukur dengan apa yang telah dikaruniakan oleh Allah. Sebagian orang beranggapan bahwa tidak berdoa lebih baik daripada berdoa, jelas anggapan ini bertentangan dengan dalil-dalil dari Al-Qur'an maupun hadits-hadits.

Imam Hafizh Ibnu Hajar berkata bahwa Qusyairy meriwayatkan dalam kitab Ar-Risalah tentang perbedaan pendapat dalam masalah berdoa mana yang lebih baik berdoa atau diam tidak berdoa dan rela menerima ketentuan takdir. Sebagian ulama bependapat bahwa lebih baik berdoa sebab dalil-dalil tentang doa banyak sekali dan berdoa sebagai bukti sikap rendah diri dan rasa membutuhkan.
Sebagian yang lainnya berpendapat bahwa diam dan rela menerima putusan takdir lebih baik daripada berdoa sebagai bukti penyerahan dan kerelaan penuh dalam menerima pembagian dan karunia Allah. Orang yang berdoa tidak tahu apa yang telah diputuskan untuknya jika Allah telah mentakdirkan apa yang sedang diminta berarti memohon sesuatu yang sudah diberikan, dan apabila Allah tidak mentakdirkan apa yang diminta berarti melawan kehendak.

أَلا إِنَّ لِلّهِ مَن فِي السَّمَاوَات وَمَن فِي الأَرْضِ وَمَا يَتَّبِعُ الَّذِينَ يَدْعُونَ مِن دُونِ اللّهِ شُرَكَاء إِن يَتَّبِعُونَ إِلاَّ الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلاَّ يَخْرُصُونَ
“Ingatlah, sesungguhnya kepunyaan Allah semua yang ada di langit dan semua yang ada di bumi. Dan orang-orang yang menyeru sekutu-sekutu selain Allah, tidaklah mengikuti (suatu keyakinan). Mereka tidak mengikuti kecuali prasangka belaka, dan mereka hanyalah menduga-duga.”(QS. Yunus:66)


“Tidak ada seorang muslim pun yang berdo'a dengan do'a yang tidak mengandung dosa dan memutuskan hubungan silaturahmi, kecuali Allah akan memberikan kepadanya satu dari tiga hal: dikabulkan do’anya; ditangguhkan hingga hari kiamat; atau dijauhkan dari suatu keburukan/musibah yang serupa.” (HR. Ahmad dari Abi Said Al Khudri)

Setidaknya, ada 4 hal yang perlu kita cermati melalui hadits diatas:

1. Allah akan mengabulkan doa, selama doa itu tidak mengandung kemaksiatan.
2. Allah akan mengabulkan doa seseorang jika syaratnya telah terpenuhi.
3. Allah akan menangguhkan do'anya hingga hari kiamat kelak.
4. Allah akan mengganti doa tersebut dengan yang lebih baik.

Semoga Allah memberi taufiq-Nya kepada segenap kaum Muslimin menuju kemaslahatan urusan agama dan dunia mereka, sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Mahadekat.




0 komentar:


*Copyright ©2005.FPMI STMIK PPKIA Tarakanita Rahmawati.Tarakan-Kalimantan Timur