Jum'at, 17 Juli 2009 : Ledakan Terjadi di JW Marriott dan Ritz Carlton. Dengan rincian korban Meninggal dunia : 9 Orang, Luka –luka : 53 Orang, Jumlah korban : 62 Orang.      Selasa,28 April 2009 : Departeman Hubungan luar dan Pengabdian Masyarakat BEM STMIK PPKIA Tarakanita Rahmawati mengadakan kegiatan donor darah yang diikuti oleh mahasiswa dan mahasiswi bertempat di kantor cabang PMI kota Tarakan.      Sabtu, 25 April 2009 : Presentasi kegiatan FPMI bersama BEM berlangsung sesuai rencana.      Jum'at, 24 April 2009 : Tarbiyah akhwat berlangsung di musholla STMIK PPKIA dengan pemateri Ummu Eny.

Selasa, 15 September 2009

Manajemen Waktu



“Demi masa, Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh dan nasehat menasehati dalam kebenaran dan menasehati dalam kesabaran. (QS.Al-Ashr, 103:1-3)”


2 tempat dimana manusia akan menyesal dengan kelalaiannya: tempat dimana dirinya akan dijemput dan tempat dimana manusia dibangkitkan untuk dimintai pertanggungjawaban.






1.Masa mudamu sebelum masa tuamu
Kita hidup dan menghirup udara dengan bebas, melakukan aktifitas dan menjalani keseharian kita dengan gratis. Tak pernah terbesit sedikit pun dihati kita, bahwa tabiat manusia yang tak pernah lepas dari kata “lalai” itu terkadang mengerogoti jiwa kita. Lalai mengingat Allah, Lalai dari mensyukuri nikmat Allah, Lalai mentadaburi hikmah yang terkandung dalam penciptaan alam semesta ini.

Waktu begitu cepat berlalu…

Umur kita : 60 Tahun (dimisalkan)
Usia Tidur : 60 Tahun x 1/3 = 20 Tahun
Mulai Shalat : 10 Tahun (dimisalkan ketika baligh berumur 10 Tahun)
Sehingga hari efektif = 60 Tahun-(20 Tahun + 10 Tahun) = 30 Tahun

Sedangkan waktu salat seumur hidup..

1 Kali shalat : 5 Menit
5 kali Shalat = 5 Menit x 5 Waktu = 25 Menit ~ 30 Menit
1 Tahun Shalat = 30 Menit x 365 Hari = 10.950 Menit/Tahun ~ 182,5 jam/ Tahun
Atau = 7,60 hari/ Tahun ~ 8 hari/Tahun

Saudaraku..
Mari kita renungkan. Ternyata dalam 1 Tahun kita hanya menghabiskan waktu 7,60 hari atau jika dibulatkan sekitar 8 hari dalam 1 Tahun. Hanya 8 hari/ Tahun untuk mengingat Allah dalam Shalat?? Hal ini juga berarti,

Shalat sepanjang Umur kita dari usia efektif = 8 Hari x 30 Tahun= 240 hari ~ 10 Bulan
Sisa Hari efektif = 30 Tahun – 10 Bulan = 29 Tahun + 2 Bulan

Sangat miris sekali ketika kita kilas balik dan mengetahui bahwa kalkulasi diatas diperkirakan untuk shalat yang tidak bolong-bolong dan dimulai ketika usia baligh (10 Tahun). Lalu, 29 Tahun + 2 Bulan adalah sisa waktu efektif yang belum kita pergunakan diluar waktu istirahat dan shalat.

Untuk waktu yang sedemikian lapang itu sangat meruginya kita saudaraku, jika kita mengefisiensikan waktu tersebut untuk hal-hal yang tak berguna. Membiasakan mata ini menjelajahi pandangan yang tak dihalalkan. Membiasakan kaki ini berpijak dan melangkah menuju kemaksiatan. Membiasakan mulut ini mengumpat saudara seiman. Membiasakan telinga ini mendengarkan hal yang tak bermanfaat. Membuat hati ini hancur akibat kedengkian, mencintai sesuatu yang tak halal, iri, hasad, dan riya’.
Astaghfirullahal ‘adzim.. Maafkan hambamu ini ya Allah.



2.Sehatmu sebelum sakitmu
Sehat dalam konsekuensinya, kita sebagai manusia harus dapat mempergunakan kesehatan semaksimal mungkin dalam rangka menyusun bata-bata pembangunan rumah dakwah yang hampir mulai roboh diterpa tetesan air yang datang bertubi-tubi mengikis bebatuan syi’ar Islam secara perlahan. Secara kodrati, kondisi kesehatan manusia mengalami penurunan secara bertahap dengan seiring bertambahnya umur.

Disaat sehat dan kondisi masih fit, mudah rasanya untuk mengupayakan terjun untuk menegakkan panji-panji Islam. Namun, sebaliknya disaat kita tebaring lemah dan tatkala kondisi kesehatan kita menurun, mampukah kita berdiri tegak?? Nihil..
Sehat yang senantiasa diwarnai oleh warna-warni dakwah Islam begitu indah. Betapa meruginya jika sehat dimasa muda dihabiskan hanya untuk aktivitas yang tak berguna, apalagi untuk hal yang dilakukan dalam rangka bermaksiat kepada Allah. Na’udzubillaahi min dzalik. Hidup terasa tak bermanfaat dan berguna. Hanya menimbulkan penyesalan di akhirat kelak.



3.Kayamu sebelum miskinmu
Bersyukurlah.. dengan apa yang telah kita terima saat ini. Gunakan apa yang telah dianugerahkan kepada kita dalam rangka mencari kerido’an Allah. Ketahuilah, bahwa segala sesuatu yang kita punya hanyalah sebuah titipan. Harta yang banyak, keluarga, sanak keluarga, bahkan kita sendiri adalah amanah yang dititipkan dan kita tak kan pernah tahu kapan kontrak yang dititipkan itu akan habis masa berlakuya. Lalu, dengan apalagi manusia harus sombong dan angkuh di muka bumi ini???

وَلا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلا تَمْشِ فِي الأَرْضِ مَرَحاً إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. (QS.Luqman, 31:18)

Pergunakan harta yang kita miliki saat ini sebagai investasi dan penanaman modal untuk hari akhir kelak. Sebab, harta manusia akan dipertanyakan di akhirat kelak. Mengenai darimana ia mendapatkan harta itu?, dan kemana ia membelanjakannya?




4. Lapangmu sebelum sempitmu

إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَن يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنسَانُ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا
Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh, (QS. Al-Ahzab, 33:72)

Seperti biasa, tabiat manusia yang senantiasa menunda-nunda pekerjaan terkadang menjerumuskan diri kita ke lembah kenikmatan sesaat yang melenakan. Kita tak menyadari bahwa waktu yang begitu cepat berlalu senantiasa memangkas waktu lapang yang seyogyanya kita gunakan untuk hal-hal bermanfaat.

Saudaraku, gunakan waktu lapangmu semaksimal mungkin. Jangan terlena akan nikmatnya godaan untuk menunda pekerjaan yang harus diselesaikan. Janganlah engkau menjadi orang yang senantiasa tergesa-gesa dalam melakukan sesuatu.



5. Hidupmu sebelum matimu
2 tempat dimana manusia akan menyesal dengan kelalaiannya: tempat dimana dirinya akan dijemput dan tempat dimana manusia dibangkitkan untuk dimintai pertanggungjawaban.

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ثُمَّ إِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan. ( QS. Al 'Ankabuut, 29:57)


Gajah mati meninggalkan gading, macan mati meninggalkan belang, manusia mati?? Meninggalkan nama baik atau nama buruk.
Disaat ajal menjemput, kerabat dan sanak saudara menangisi kepergian dan berlalu pergi menghantarkan kita yang terbujur kaku diliang lahat. Hanya cacing dan tanah yang menemani. Bersama batu cadas yang membisu, tanah yang penuh sesak menyesakkan tanpa kasur dan bantal yang empuk disaat kita terbaring di pembaringan terakhir.

Mungkin kita adalah orang yang dicintai kerabat, sanak saudara dan dihormati serta terpandang di masyarakat. Ya.. sangat bahagia rasanya. Jika kita meninggal dengan cara yang terbaik. Menemui ajal tatkala sedang melaksanakan suatu amalan yang bernilai ibadah. Kepergian kita ditangisi. Suasana haru biru menyelimuti tiap ruangan rumah duka. Nama kita dikenang. Dikenang sebagai sosok muda-mudi yang taat, sosok masyarakat social yang sungguh besar kontribusinya sebagai perintis Islam di kampungnya.

Mungkin pula kita adalah orang yang dibenci sanak saudara serta orang yang terdekat dengan kita. Masyarakat mengasingkan dan menganggap kita orang yang tak pantas hadir dilingkungannya. Secercah virus yang seakan siap menyebarkan wabah di lingkungan masyarakat. Keluarga malu dengan apa yang kita perbuat. Baginya adalah suatu kepuasan tersendiri dengan anggapan tak akan ada lagi “si pengganggu” yang hanya membuat keresahan dimana-mana. Kematian kita disambut hangat dan gembira oleh orang-orang teraniaya.
Hidup adalah sebuah pilihan. Kita dituntut memilih dan merealisasikan dilematis antara 2 pilihan. Mati untuk dikenang atas keteladanan. Atau Mati untuk dikenang atas keburukan tabiat.

Wallahu a’lam bis Sahwab..



Selengkapnya..

Manusia

Makhluk yang Tergesa-gesa

”Tunjukkanlah Kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka” (Q.S Al-Fatihah ayat 6 -7)



Wahai saudara ku... semoga Allah menjaga kita semua dan semoga Allah selalu membimbing kita kepada jalan yang lurus yaitu jalan orang – orang yang Allah berkenikmatan kepada mereka. Sebagaimana firman-Nya didalam al-Quran surat Al-Fatihah.



Pernah suatu ketika, seorang muda belia yang sedang berlayar tercengang ketika menyadari bahwa dirinya terdampar di tepian pantai. Ia pergi kesana kemari untuk mencari pemukiman dan mencari pertolongan. Nihil.. tak satupun tanda-tanda komunitas ia temui. Ingin melayarkan perahu mininya. Raib.. mungkin terbawa ombak yang menderu disana. Ingin menghubungi sanak saudaranya. Fiktif.. dengan apa ia menghubungi keluarganya? Ia lalu berdo’a pada Rabbnya memohon pertolongan, “Ya Allah ya raab.. aku ingin pulang..”

Menunggu dan menunggu, sedikit ragu dan bimbang. Apakah do’a yang ia panjatkan akan terkabulkan? Kondisi yang tak memungkinkan untuk mendapatkan pertolongan untuk berkumpul lagi bersama sanak saudara yang ia cintai. Ayah, ibu, dan semua orang yang sangat ia kasihi terbayang spontan dibenaknya. Ia berlalu dan membangun sebuah gubuk untuk dijadikan media berteduh dimalam hari yang dingin ditepi pantai saat itu.
Berberapa hari telah ia lalui dengan pahit dan menggerutui keadaan yang tak pasti membuatnya berprasangka tidak baik kepada apa yang telah diberikan Allah. “Ya Allah, mengapa Engkau tak mengabulkan do’aku? Cukup Tuhan.. Ini ketidakadilan.. Engkau maha Adil mengapa tidak berlaku adil??”. Do’anya yang begitu lugu dan terlalu tergesa-gesa itu membuatnya semakin tak bisa berfikir tenang.


خُلِقَ الْإِنسَانُ مِنْ عَجَلٍ سَأُرِيكُمْ آيَاتِي فَلَا تَسْتَعْجِلُونِ
“ Manusia telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa. Kelak akan Aku perIihatkan kepadamu tanda-tanda azab)-Ku. Maka janganlah kamu minta kepada-Ku mendatangkannya dengan segera.” (QS.Al-Anbiya’,21:37)

Demi menjaga kelangsungan hidupnya, dengan sangat terpaksa dipungutnya kayu-kayu lalu ia bakar untuk sekedar memasak apa yang bisa ia makan disana. Sembari mencari bahan makanan, pergilah ia ke hutan. Tidak begitu lama begitu terguncangnya ia ketika menyaksikan gubuk yang telah ia bangun itu terlalap api yang menari-nari dipelupuk matanya tanpa henti. Asap membumbung tinggi dan ratalah gubuk yang ia miliki bersama tanah. Tinggallah tanah lapang dengan sedikit bongkahan hasil lalapan si jago merah.

Ketidaktenangannya itu membuatnya bersu’uzan pada Allah. Ketergesaannya dalam berpikir itu membuatnya tidak hanya menggerutu, tapi juga marah dan murka terhadap apa yang telah terjadi. “Ya Allah.. cobaan apa lagi ini? Kau telah porak-porandakan aku dengan ketidakberdayaan terdampar dipulau yang asing bagiku?, Kau utus si jago merah untuk membakar gubukku?”

Selang berapa lama kemudian sayup-sayup terdengar deruan mesin. Semakin dekat, dekat, dan menghampiri anak muda dengan kecepatan yang diperlambat beraturan. Anak muda tercengang dan sedikit heran dengan apa yang ada didepan matanya itu. “butuh bantuan nak?, mari bapak antarkan pulang” tanya bapak yang berada didalam. “ Mengapa bapak bisa tahu kalau saya…”tanyanya. “Hmm.. bukankah kamu mengirimkan sandi pertolongan lewat asap itu nak??” Tanya bapak itu lagi. Anak muda tercengang, berlalu, dan menyesali perbuatan zalim, su’uzan pada Allah. Ia pulang dan bertaubat.

Manusia. Makhluk yang dikaruniakan akal, tapi jarang menggunakan akal dan pikirannya untuk menelaah apa yang terjadi di alam. Makhluk yang dikaruniakan nafsu, tapi nafsu yang ia aplikasikan adalah nafsu yang membawanya selalu tergesa-gesa, takut, dan lalai dalam bermunajat pada Allah.
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
“Karena sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan” (QS. Al-Insyirah:5)

Subhanallah. Besama kesulitan itu ada kemudahan. Inilah janji Allah. Dikala kita mengalami kesulitan, ingatlah bahwa kemudahan akan datang. Ridha dan sabar pada taqdir-taqdir Allah, dan kita semua telah mengetahui bahwa taqdir-taqdir Allah yang Allah timpakan kepada mahluk-Nya, sebagian sesuai dengan apa yang kita harapkan dan sebagian lagi berbanding terbalik dengan apa yang kita inginkan. Jika dianalogikan,

Apakah sakit disukai manusia? tidak sama sekali. Manusia menyukai sehat.
Apakah kefakiran disukai manusia ? Tidak, manusia menyukai menjadi orang kaya.
Apakah bodoh disukai manusia ? Tidak, manusia menyukai menjadi seorang yang pandai

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوفْ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمَوَالِ وَالأنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah:155)

Sangat munafik sekali jika kita tidak bersyukur dengan apa yang telah dikaruniakan oleh Allah. Sebagian orang beranggapan bahwa tidak berdoa lebih baik daripada berdoa, jelas anggapan ini bertentangan dengan dalil-dalil dari Al-Qur'an maupun hadits-hadits.

Imam Hafizh Ibnu Hajar berkata bahwa Qusyairy meriwayatkan dalam kitab Ar-Risalah tentang perbedaan pendapat dalam masalah berdoa mana yang lebih baik berdoa atau diam tidak berdoa dan rela menerima ketentuan takdir. Sebagian ulama bependapat bahwa lebih baik berdoa sebab dalil-dalil tentang doa banyak sekali dan berdoa sebagai bukti sikap rendah diri dan rasa membutuhkan.
Sebagian yang lainnya berpendapat bahwa diam dan rela menerima putusan takdir lebih baik daripada berdoa sebagai bukti penyerahan dan kerelaan penuh dalam menerima pembagian dan karunia Allah. Orang yang berdoa tidak tahu apa yang telah diputuskan untuknya jika Allah telah mentakdirkan apa yang sedang diminta berarti memohon sesuatu yang sudah diberikan, dan apabila Allah tidak mentakdirkan apa yang diminta berarti melawan kehendak.

أَلا إِنَّ لِلّهِ مَن فِي السَّمَاوَات وَمَن فِي الأَرْضِ وَمَا يَتَّبِعُ الَّذِينَ يَدْعُونَ مِن دُونِ اللّهِ شُرَكَاء إِن يَتَّبِعُونَ إِلاَّ الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلاَّ يَخْرُصُونَ
“Ingatlah, sesungguhnya kepunyaan Allah semua yang ada di langit dan semua yang ada di bumi. Dan orang-orang yang menyeru sekutu-sekutu selain Allah, tidaklah mengikuti (suatu keyakinan). Mereka tidak mengikuti kecuali prasangka belaka, dan mereka hanyalah menduga-duga.”(QS. Yunus:66)


“Tidak ada seorang muslim pun yang berdo'a dengan do'a yang tidak mengandung dosa dan memutuskan hubungan silaturahmi, kecuali Allah akan memberikan kepadanya satu dari tiga hal: dikabulkan do’anya; ditangguhkan hingga hari kiamat; atau dijauhkan dari suatu keburukan/musibah yang serupa.” (HR. Ahmad dari Abi Said Al Khudri)

Setidaknya, ada 4 hal yang perlu kita cermati melalui hadits diatas:

1. Allah akan mengabulkan doa, selama doa itu tidak mengandung kemaksiatan.
2. Allah akan mengabulkan doa seseorang jika syaratnya telah terpenuhi.
3. Allah akan menangguhkan do'anya hingga hari kiamat kelak.
4. Allah akan mengganti doa tersebut dengan yang lebih baik.

Semoga Allah memberi taufiq-Nya kepada segenap kaum Muslimin menuju kemaslahatan urusan agama dan dunia mereka, sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Mahadekat.




Selengkapnya..

Rasa itu..


Adakalanya iman bertambah, adakalanya berkurang. Dalam masa-masa tertentu diri merasakan jauh, terasing, terluluhlantahkan dan terkucilkan dari Allah. Diri selalu merasakan hal yang sama dalam jangka waktu yang lama.


Makin lama rasa itu tetap ada menggerogoti jiwa sebanding dengan kemanisan beramal yang semakin memudar di dalam kalbu. Kerap kali rasa itu mengaku, sadar dan tahu persis sering tergelincir dalam gelimangan dosa, kemaksiatan, dan syubhat yang membuatnya tak mampu lagi menentukan arah yang harus ditempuh. Jalan mana hendak dituju??




Ketika iman mulai menyusut, diri mulai meresah, gundah dan gelisah. Hati ini semakin gersang, tandus, kelam tak bercahaya. Prinsip dan akidah yang selama ini terbangun semakin longgar dan goyah, hampir hilang dari genggaman semula. Hari-hari yang sedemikian panjang itu terbiarkan oleh alunan syair-syair lagu yang melenakan. Diri ini terlalaikan oleh segelintir cerita-cerita bohong yang tersajikan di media-media elektronik. Membanyakkan tidur, canda tawa, obrolan yang tidak bermakna, berdua-duaan dengan yang bukan mahramnya, bahkan terkadang meremehkan waktu salat.

Kebaikan diri tak meningkat bahkan mulai berkurang. Amal ibadah sunnah yang dahulu kerap menemani malah mulai ditinggalkan. Hati ini semakin hambar, hambar yang semakin menjadi. Tak tentu arah..Kosong .. dan mulai menghilang. Diri seperti terperangkap dalam zona gelap yang semakin jauh dari kebaikan. Terkadang dosa besar pun mulai teremehkan dan dianggap dosa kecil yang hanya segelintir nilainya.
Rasa itu.. Ingin berbalik haluan seperti sedia kala. Namun, jalan manakah yang harus ia tempuh??

Rasa itu kembali tersadar dalam lamunan yang tak menentu. Ya.. rasa itu berlalu dan menemukan secercah kehidupan dari saudara seimannya. Rasa itu menemukan kembali jati dirinya. Menghadiri majelis Ilmu dijadikan solusi untuk mengakhiri gersangnya jiwanya. Dihadapkan wajahnya dengan malu dan sungkan menghadap “Yang Maha Pengampun”. Berakhirlah semua kegundahan yang menyelimuti hatinya.

“Ya Allah, dimana lagikah dapat kutemui cinta sejati .. kecuali pada cinta-Mu. Kemana lagikah hati ni terus bertabuh.. kecuali pada kasih-Mu. Jadikan hati yang lemah ini ya Allah.. tertambat kukuh hanya pada-Mu. Aku mohon ridha atas segenap keputusan-Mu, kesejukan setelah matiku, kenikmatan memandang wajah-Mu serta kerinduan untuk berjumpa dengan-Mu. Ampunilah diri ini yang tidak berharga Ya Allah. Penuhilah kehinaanku dengan keindahan maghfirah-Mu.”



Subhanallah.. Kau kembalikan rasa itu ya Allah..


Selengkapnya..

*Copyright ©2005.FPMI STMIK PPKIA Tarakanita Rahmawati.Tarakan-Kalimantan Timur