Wahai Anakku!
Inilah surat dari ibumu yang lemah, yang ditulis dengan penuh rasa malu setelah lama mengalami keraguan dan kebimbangan. Ibu pegang penanya berkali-kali lantas terhenti, dan ibu letakkan lagi pena itu karena air mata berlinang berkali-kali yang disusul dengan rintihan hati.
Wahai Anakku!
Sesudah perjalanan waktu yang panjang, ibu rasa engkau sudah dewasa dan memiliki akal sempurna maupun jiwa yang matang. Sedangkan ibu punya hak atas dirimu, maka bacalah sepucuk surat ini; dan jika tidak berkenan robek-robeklah sebagaimana engkau telah merobek-robek hati ibu.
Wahai Anakku!
Dua puluh lima tahun yang lalu adalah hari yang begitu membahagiakan hidup ibu. Ketika dokter memberitahu ibu, ibu sedang mengandung. Semua ibu tentu mengetahui makna ungkapan itu, yakni terhimpunnya kebahagiaan dan kegembiraan, serta awal perjuangan seiring dengan adanya berbagai perubahan fisik maupun psikis. Sesudah berita gembira itu ibu peroleh, dengan senang hati, ibu mengandungmu selama sembilan bulan.
Ibu berdiri, tidur, makan dan bernafas dengan susah payah. Namun itu semua tidak menyebabkan surutnya cinta ibu padamu dan kebahagiaan ibu menyambut kehadiranmu. Bahkan rasa cinta dan kerinduan ibu padamu tumbuh subur dan berkembang hari demi hari. Ibu mengandungmu dalam kondisi yang lemah dan bertambah lemah, payah dan bertambah payah. Ibu sangat bahagia meski bobotmu semakin berat, padahal kehamilan itu sangat berat bagi ibu.
Itulah perjuangan yang akan disusul dengan cahaya fajar kebahagiaan setelah berlalunya malam panjang, yang membuat ibu tidak bisa tidur dan kelopak mata ibu tak bisa terpejam. Ibu merasakan derita yang sangat, rasa takut dan cemas yang tak bisa dilukiskan dengan pena dan tak sanggup diungkapkan dengan retorika lisan. Ibu telah berkali-kali melihat kematian dengan mata kepala ibu sendiri, sehingga akhirnya engkau lahir ke dunia ini. Air mata tangismu yang bercampur dengan air mata kegembiraan ibu telah menghapus seluruh derita dan luka yang ibu rasakan.
Wahai Anakku!
Telah berlalu tahun demi tahun dari usiamu, dan dirimu selalu ibu bawa dalam hati ibu. Ibu memandikanmu dengan kedua tangan ibu. Pangkuan ibu sebagai bantalmu. Dada ibu sebagai makananmu. Ibu berjaga semalaman agar engkau bisa tidur. Ibu susuri siang hari dengan keletihan demi kebahagiaanmu. Dambaan ibu tiap hari adalah melihatmu tersenyum. Dan idaman ibu setiap saat adalah engkau meminta sesuatu yang ibu sanggup lakukan untukmu. Itulah puncak kebahagiaan ibu.
Itulah hari-hari dan malam yang ibu lalui sebagai pelayan yang tak pernah menyia-nyiakanmu sedikit pun. Sebagai wanita yang menyusuimu tiada henti, dan sebagai pekerja yang tak pernah putus hingga engkau tumbuh dan menjadi seorang remaja. Dan mulailah nampak tanda-tanda kedewasaanmu. Ketika itu pula, ibu kesana kemari mencarikan calon istri yang kau inginkan. Lalu tibalah saat pernikahanmu. Denyut jantung ibu terasa berhenti dan air mata ibu deras bercucuran karena gembira melihat hidup barumu dan karena sedih berpisah denganmu.
Saat-saat yang begitu berat telah lewat. Namun engkau seolah bukan lagi anak ibu, seperti yang ibu kenal selama ini. Sungguh engkau telah mengabaikan diri ibu dan tidak mempedulikan hak-hak ibu. Hari-hari berlalu dan ibu tidak lagi melihatmu dan tidak pula mendengar suaramu. Engkau masa bodoh kepada ibu yang selama ini menjadi pelayan yang mengurusimu.
Wahai Anakku!
Ibu tidak meminta apa pun selain posisikanlah diri ibu ini seperti kawan-kawanmu yang terdekat denganmu. Jadikanlah ibu sebagai salah satu terminal hidupmu sehari-hari, sehingga ibu dapat melihatmu meskipun sekejap.
Wahai Anakku!
Punggung ibu telah bongkok. Anggota tubuh ibu telah gemetaran. Beragam penyakit telah membuat ibu semakin ringkih. Rasa sakit senantiasa mendera ibu. Ibu sudah susah untuk berdiri maupun duduk, namun hati ibu masih sayang padamu.
Andaikan ada seseorang yang memuliakanmu sehari, tentu engkau akan memuji kebaikannya dan keelokan budinya. Padahal, ibumu ini telah benar-benar berbuat baik kepadamu, namun engkau tak melihatnya dan tak mau membalas kebaikannya. Ibumu telah menjadi pelayanmu dan telah mengurusmu bertahun-tahun. Lantas manakah balas budi dan hak ibu yang harus engkau tunaikan? Sekeras itukah hatimu? Apakah hari-hari sibukmu telah menyita seluruh waktumu?
Wahai Anakku!
Ibu merasakan kebahagiaan dan kegembiraan bertambah saat melihatmu hidup bahagia, karena engkau adalah buah hati ibu. Apa salah ibu sehingga engkau memusuhi ibu, tak suka melihat ibu, dan engkau merasa berat untuk mengunjungi ibu? Apakah ibu pernah berbuat salah padamu atau pelayanan ibu kurang memuaskanmu?
Jadikanlah ibu seperti pelayan-pelayanmu yang engkau beri upah. Curahkanlah setitik kasih sayangmu. Renungkanlah jasa ibu dan berbuat baiklah. Sungguh, Allah amat menyukai orang-orang yang berbuat baik.
Wahai Anakku!
Ibu sangat berharap bisa bersua denganmu. Ibu tak ingin apapun selain itu. Biarkanlah ibu melihat muramnya wajahmu dan episode-episode kemarahanmu.
Wahai Anakku!
Sisakan peluang di hatimu untuk berlembut-lembut dengan seorang wanita renta, yang diliputi kerinduan dan dirundung kesedihan ini. Yang menjadikan kedukaan sebagai makanannya dan kesedihan sebagai selimutnya. Engkau cucurkan air matanya. Engkau membuat sedih hatinya dan engkau memutuskan hubungan dengannya.
Ibu tidak mengeluhkan kepedihan dan kesedihan ibu kehadirat-Nya, karena jika ibu adukan perkara ini ke atas awan dan ke pintu gerbang langit sana, ibu khawatir hukuman akan menimpamu, dan musibah akan terjadi dalam rumah tanggamu, lantaran kedurhakaanmu. Karena ibu teringat peringatan junjungan kita Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam:
"Maukah kalian aku sampaikan tentang dosa yang terbesar?" Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam mengucapkannya tiga kali. Para sahabat menjawab, "Ya, wahai Rasulullah". Beliau bersabda, "Menyekutukan Allah dan durhaka kepada kedua orang tua." (HR. Bukhari).
"Tidak masuk surga orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya." (HR. Ahmad).
"Tiga golongan orang yang tidak akan dilihat (dengan pandangan rahmat) oleh Allah pada hari kiamat; orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, orang yang suka minum minuman keras, orang yang suka mengungkit pemberiannya." (HR. Nasaai dan dinyatakan shahih oleh Albani).
"Terlaknat orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya." (HR. Hakim dan Thobrani serta dinyatakan shahih oleh Albani dalam Shahih at-Targhib wat-Tarhib, 2/334).
Tidak, ibu tidak menginginkan itu. Engkau tetap menjadi buah hati dan hiasan dunia ibu.
Camkanlah wahai Anakku!
Ketuaan mulai nampak dalam belahan rambutmu. Tahun demi tahun akan berlalu, dan engkau akan menjadi tua renta, sedangkan setiap perbuatan pasti akan dibalas setimpal. Engkau akan menulis surat kepada setiap anak-anakmu dengan cucuran air mata, sebagaimana yang ibu tulis untukmu. Dan di sisi Allah, akan bertemu orang-orang yang berselisih, hai Anakku. Maka bertakwalah engkau kepada Allah terhadap ibumu. Usaplah air matanya dan hiburlah agar kesedihannya sirna.
Robek-robeklah surat ini setelah engkau membacanya. Namun ketahuilah, siapa saja yang beramal shaleh, maka keshalehan itu buat dirinya sendiri, dan siapa yang berbuat jahat, maka balasan buruk bakal menimpanya.
"Barangsiapa mengerjakan kebajikan, maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri, dan barangsiapa berbuat jahat, maka (dosanya) menjadi tanggungannya sendiri. Dan Rabbmu sekali-kali tidaklah menzalimi hamba-hamba-Nya." (QS. Fushshilat: 46).
Bahan rujukan: Qashash Mu'atstsirah fi Birr wa 'Uquqil Walidain (terjemahan) karya Fathurrahman Muhammad Jamil, dan lain-lain. (Al Fikrah)
[wahdah.or.id]
Minggu, 15 Juni 2008
[+/-] |
SURAT IBU KEPADA ANAK DURHAKA |
[+/-] |
Tujuh Wasiat Rasulullah |
Rasulullah berwasiat, cintailah fakir-miskin, berbanyak silaturrahmi, jangan suka meminta-minta dan jangan takut celaan dalam berdakwah
Hidayatullah.com--“Dari Abu Dzar ia berkata; “Kekasihku (Rasulullah SAW) berwasiat kepadaku dengan tujuh hal: (1) supaya aku mencintai orang-orang miskin dan dekat dengan mereka, (2) beliau memerintahku agar aku melihat orang-orang yang di bawahku dan tidak melihat orang yang berada di atasku, (3) beliau memerintahkan agar aku menyambung silaturahim dengan karib kerabat meski mereka berlaku kasar kepadaku, (4) aku diperintahkan agar memperbanyak ucapan La haula walaa quwwata illa billah, (5) aku diperintahkan untuk mengatakan kebenaran meskipun pahit, (6) beliau berwasiat agar aku tidak takut celaan orang yang mencela dalam berdakwah kepada Allah, (7) belaiu melarang aku agar aku tidak meminta-minta sesuatu kepada manusia” (Riwayat Ahmad).
Meski wasiat ini disampaikan kepada Abu Dzar RA, namun hakikatnya untuk kaum Muslimin secara umum. Sebagaimana kaidah: (Al-Khitobu li’umuumil-lafdzi, walaisa min khususil asbab).
Wasiat pertama, mencintai orang miskin.
Islam menganjurkan umatnya agar berlaku tawadhu’ (berendah hati) terhadap orang-orang miskin, menolong dan membantu kesulitan mereka. Demikianlah yang dicontohkan para sahabat di antaranya Umar bin Khaththab Radhiallahu anhu (RA) yang terkenal sangat merakyat, Khalifah Abu Bakar yang terkenal dengan sedekah “pikulan”nya, Utsman bin Affan dengan kedermawanannya.
Cintailah dan kasihanilah orang-orang miskin, sebab hidup mereka tidak cukup, diabaikan masyarakat dan tidak diperhatikan. Orang yang mencintai fuqara’ dan masakin dari kaum Muslimin, terutama mereka yang mendirikan shalat, dan taat kepada Allah, maka mereka akan dibela Allah Subhanahu wa Ta’ala (SWT) di dunia dan pada hari kiamat.
Sebagaimana sabda Rasulullah, “Barangsiapa yang menghilangkan satu kesusahan dunia dari seorang Muslim, Allah akan menghilangkan darinya satu kesusahan di hari kiamat. Dan barangsiapa yang memudahkan kesulitan orang yang dililit hutang, Allah akan memudahkan baginya di dunia dan akhirat” (Riwayat Muslim).
Juga sabda beliau, “Orang yang membiayai kehidupan para janda dan orang-orang miskin bagaikan orang yang jihad fi sabilillah…..” (Riwayat Bukhari). Dalam riwayat lain seperti mendapatkan pahala shalat dan puasa secara terus menerus….
Wasiat kedua, melihat orang yang lebih rendah kedudukannya dalam hal materi dunia.
Rasulullah memerintahkan agar kita melihat orang-orang yang berada di bawah kita dalam masalah dunia dan mata pencaharian. Tujuannya, tiada lain agar kita selalu bersyukur dengan nikmat Allah yang ada. Selalu qona’ah (merasa cukup dengan apa yang Allah karuniakan kepada kita), tidak serakah, tidak pula iri dengki dengan kenikmatan orang lain.
Memang rata-rata penyakit manusia selalu melihat ke atas dalam hal harta, kedudukan, dan jabatan. Selama manusia hidup ia selalu merasa kurang dan kurang. Baru merasa cukup manakala mulutnya tersumpal tanah kuburan.
“Lihatlah kepada orang yang berada di bawahmu dan janganlah melihat orang yang ada di atasmu, karena hal demikian lebih patut agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah yang telah diberikan kepadamu.” (Riwaat Muttafaqun ‘alaihi).
Sebaliknya dalam masalah agama, ibadah dan ketakwaan, seharusnya kita melihat orang-orang yang di atas kita, yaitu para Nabi, sahabat, orang-orang yang jujur, para syuhada’, para ulama’ dan salafus-shalih.
Wasiat ketiga, menyambung silaturahim kepada kaum kerabat
Silaturahim adalah ungkapan mengenai berbuat baik kepada karib kerabat karena hubungan nasab (keturunan) atau karena perkawinan. Yaitu silaturahim kepada orang tua, kakak, adik, paman, keponakan yang masih memiliki hubungan kekerabatan. Berbuat baik dan lemah lembut kepada mereka, menyayangi, memperhatikan dan membantu mereka.
Dengan silaturahim, Allah memberikan banyak manfaat. Di antaranya, menjalankan perintah Allah dan rasul-Nya, dengannya akan menumbuhkan sikap saling membantu dan mengetahui keadaan masing-masing. Silaturahmi pula akan memberikan kelapangan rezeki dan umur yang panjang. Sebaliknya bagi yang mengabaikan silaturahim Allah sempitkan hartanya dan tidak memberikan berkah pada umurnya, bahkan Allah tidak memasukkannya ke dalam surga.
Rasulullah bersabda: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia menyambung silaturahmi” (Riwayat Bukhari).
Wasiyat keempat, memperbanyak ucapan ‘La haula walaa quwwata illa bilLah’
Rasulullah memerintahkan memperbanyak ucapan La haula walaa quwwata illa bilLah’ agar kita berlepas diri dari merasa tidak mampu. Kita serahkan semuanya kepada Allah. Makna kalimat ini juga sebagai sikap tawakkal, hanya kepada Allah kita menyembah dan hanya kepada-Nya pula kita memohon pertolongan.
Pada hakekatnya seorang hamba tidak memiliki daya-upaya apapun kecuali dengan pertolongan Allah. Seorang penuntut ilmu tidak bisa duduk di majelis ilmu melainkan dengan pertolongan Allah. Demikian juga seorang guru tidak mungkin bisa mengajarkan ilmu yang manfaat kepada muridnya melainkan dengan pertolongan Allah.
Nabi bersabda :
“Ya Abdullah bin Qois, maukah aku tunjukkan kepadamu atas perbendaharaan dari perbendaharaan surga? (yaitu) ‘La haula walaa quwwata illa billah’ (Riwayat Muttafaqun ‘Alaih).
Wasiyat kelima, berani mengatakan kebenaran meskipun pahit
Kebanyakan orang hanya asal bapak senang (ABS), menjilat agar mendapat simpati dengan mengorbankan kebenaran dan kejujuran. Getirnya kebenaran tidak boleh mencegah kita untuk tidak mengucapkannya, baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Apabila sesuatu itu sudah jelas sebagai sesuatu yang haram, bid’ah, munkar, batil, dan syirik, maka jangan sampai kita takut menerangkannya.
Sesungguhnya jihad yang paling utama ialah mengatakan kalimat kebenaran (haq) kepada penguasa yang zalim. Bukan dengan cara menghujat aib mereka di mimbar-mimbar, tidak dengan aksi orasi, demonstrasi, dan provokasi.
“Barangsiapa yang ingin menasehati penguasa, janganlah ia tampakkan dengan terang-terangan. Hendaklah ia pegang tangannya lalu menyendiri dengannya. Kalau penguasa itu mau mendengar nasehat itu, maka itu yang terbaik. Dan apabila penguasa itu enggan, maka ia sungguh telah melaksanakan kewajiban amanah yang dibebankan kepadanya” (Riwayat Ahmad)
Wasiyat keenam, tidak takut celaan dalam berdakwah.
Betapa berat resiko dakwah yang Rasulullah dan sahabat alami. Mereka harus menderita karena mendapat celaan, ejekan, fitnah, boikot. Juga pengejaran, lemparan kotoran, dimusuhi, diteror, dan dibunuh.
Manusia yang sakit hatinya kadang-kadang tidak mau menerima dengan penjelasan dakwah, maka para pendakwah harus sabar menyampaikan dengan ilmu dan hikmah. Jika dai mendapat penolakan dan cercaan jangan sampai mundur. Maka para penyeru tauhid, penyeru kebenaran jangan berhenti hanya dengan di cerca.
“(Yaitu) orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan tidak merasa takut dengan siapapun selain Allah. Dan cukuplah Allah sebagai pembuat perhitungan” (Al-Ahzab [33]: 39).
Wasiat ketujuh, tidak suka meminta-minta sesuatu kepada orang lain.
Orang yang dicintai Allah, Rasul dan manusia, adalah mereka yang tidak meminta-minta. Seorang Muslim harus berusaha makan dari hasil jerih payah tangannya sendiri. Seorang Muslim harus berusaha memenuhi hajat hidupnya sendiri dan tidak boleh selalu mengharapkan belas kasihan orang.
“Sungguh, seseorang dari kalian mengambil tali, lalu membawa seikat kayu bakar di punggungnya, kemudian ia menjualnya, sehingga dengannya Allah menjaga kehormatannya. Itu lebih baik baginya daripada meminta-minta kepada manusia. Mereka bisa memberi atau tidak memberi” (Riwayat Bukhori).
Demikianlah 7 wasiat Rasulullah SAW. Semoga kita bisa menunaikannya. [Abu Hasan-Husain/diambil dari Majalah Suara Hidayatullah edisi Mei 2008/www.hidayatullah.com]
[+/-] |
Memimpin dengan Kesederhanaan |
Sa’ad bin Al-Jamhi pernah diprotes rakyatnya karena selalu terlambat masuk kantor. Itu, karena ia tak memiliki pembantu dan harus membantu istrinya memasak
Hidayatullah.com--Sesaat setelah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam wafat, kaum Muslimin segera mencari pengganti untuk melanjutkan kepemimpinan Islam. Ketika itu Abu Bakar Radhiallahu ‘anhu memegang tangan Umar bin Khaththab Ra dan Abu Ubaidah bin Jarrah Ra sambil mengatakan kepada khalayak, “Salah satu dari kedua orang ini adalah yang paling tepat menjadi khalifah. Umar yang dikatakan oleh Rasulullah sebagai orang yang dengannya Allah memuliakan Islam dan Abu Ubaidah yang dikatakan Rasulullah sebagai kepercayaan ummat ini.”
Tangan Umar gemetar mendengar kata-kata Abu Bakar itu, seakan ia kejatuhan bara yang menyala. Abu Ubaidah menutup mukanya dan menangis dengan rasa malu yang sangat. Umar bin Khaththab lalu berteriak, “Demi Allah, aku lebih suka dibawa ke depan lalu leherku ditebas walau tanpa dosa, daripada diangkat menjadi pemimpin suatu kaum dimana terdapat Abu Bakar.”
Pernyataan Umar ini membuat Abu Bakar terdiam, karena tidak mengharapkan dirinya yang ditunjuk menjadi khalifah. Dia menyadari dirinya sangat lemah dalam mengendalikan pemerintahan. Tidak setegas Umar, dan tidak sebijak Abu Ubaidah.
Tapi akhirnya pikiran dan perasaan semua orang terarah kepada Abu Bakar. Karena dialah sesungguhnya yang paling dekat ditinjau dari berbagai aspek untuk menduduki jabatan khalifah yang teramat berat ini.
Seabrek alasan dapat dikemukakan untuk menunjuk Abu Bakar Ash-Shiddiq. Dialah yang dianggap paling dekat dengan Rasulullah dan paling kuat imannya sesuai pernyataan Nabi, “Kalau iman seluruh ummat Islam ditimbang dengan iman Abu Bakar, maka lebih berat iman Abu Bakar.”
Maka terangkatlah Abu Bakar sebagai khalifah pengganti Nabi Saw. Saat pertama kali Abu Bakar menginjakkan kaki di mimbar Rasulullah, ia hanya sampai pada anak tangga kedua dan duduk di situ tanpa berani melanjutkan ke anak tangga berikutnya, sambil berpidato, “Wahai sekalian manusia. Sesungguhnya aku diangkat menjadi pemimpin kalian, tapi aku bukanlah orang yang terbaik di antara kalian. Jika aku berbuat baik maka bantulah aku. Dan jika aku berbuat kesalahan maka luruskanlah aku. Ketahuilah, sesungguhnya orang yang lemah di antara kalian adalah orang yang kuat di sisiku, hingga aku berikan hak kepadanya. Taatlah kepadaku selama aku taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Maka jika aku durhaka, janganlah kalian taat kepadaku.”
Sang khalifah berusaha menjaga wibawa kepemimpinan. Tapi dalam kedudukannya sebagai seorang pemimpin dia berusaha meyakinkan orang yang di bawah kepemimpinannya bahwa jabatan adalah amanah yang menuntut tanggung jawab, bukan penguasaan. Penguasa adalah satu orang di antara ummat, bukan ummat dalam satu orang. Abu Bakar tidak menginginkan karena jabatan, dia jadi jauh dengan ummat. Sebaliknya, dia ingin semakin dekat dengan mereka. Terhadap ketentuan Nabi dia menyatakan, “Saya lebih rela diterkam serigala daripada merubahnya.”
Demikianlah gambaran ketegangan yang terjadi pada waktu pemilihan jabatan. Semua orang menolak jabatan, padahal kapasitas para sahabat sangat memadai untuk memegang kekuasaan.
***
Ketika Abu Bakar wafat, Umar bin Khaththab disepakati tampil sebagai pengganti. Umar yang memegang amanah selama dua pelita (10 tahun) 6 bulan dan 4 hari berhasil menggurat sejarah yang merubah peta dunia.
Lelaki perkasa yang digambarkan kekuatannya saat menentang Islam di zaman jahiliyah sama dengan kekuatan seluruh kaum Quraisy, telah tampil dengan perkasa pula di zaman Islam membela kebenaran, membayar dosa-dosa jahiliyahnya.
Dia larutkan dalam pengabdian mewujudkan pemerintah yang bersih dan bertanggung jawab. Kontrolnya berjalan efektif, sehingga seluruh rakyatnya tidak ada yang luput dari perhatiannya.
Ketika penduduk pinggiran kota kena paceklik, Umar sendiri yang memikul gandum di pundaknya, lalu mengantarkan ke rakyatnya yang tengah dilanda kelaparan. Lalu penduduk itu segera dipindahkan ke kota untuk mempermudah pemantauannya.
Suatu malam di kota Madinah kedatangan kafilah yang membawa barang dagangan. Diajaknya Abdurrahman bin Auf menemani penjaga kafilah itu semalam suntuk. Tapi tidak jauh dari tempat kafilah itu ada bayi yang selalu menangis, tidak mau diam. Umar berulangkali menasihati bahkan memarahi ibunya karena tidak dapat mendiamkan anaknya.
Ibu sang anak itu lalu berkomentar bahwa, “Inilah kesalahan Umar karena hanya anak yang tidak menyusui yang diberi tunjangan, sehingga anak yang usianya baru beberapa bulan ini terpaksa saya sapih.” Umar sangat terpukul mendengar kata-kata ibu itu.
Ketika menjadi imam shalat Subuh, bacaan ayatnya tidak jelas karena diiringi tangis. Usai shalat langsung diumumkan bahwa seluruh anak kecil mendapat tunjangan dari baitul mal, termasuk yang masih menyusu.
Tegas dan Sederhana
Prinsip ketegasan dan kesederhanaan dipegang kuat oleh Umar. Para gubernur yang bertugas di daerah cukup kewalahan dengan sikap itu. Pernah Amru bin Ash, gubernur yang sangat berjasa menaklukkan Mesir, diberi hukuman cambuk karena seorang rakyat Mesir melapor bahwa dirinya pernah dipukul sang Gubernur. Orang yang melapor itu sendiri yang disuruh memukulnya.
Pernah juga Abdulah bin Qathin, seorang gubernur yang bertugas di Hamash, dilucuti pakaiannya lalu disuruh menggantinya dengan baju gembala, kemudian disuruh menggembala domba beberapa saat. Sebelumnya ada yang diperintahkan membakar pintu rumahnya, karena salah seorang rakyatnya bercerita setelah ditanya oleh Umar tentang keadaan gubernurnya. Dia menjawab, “Cukup bagus, hanya sayangnya karena dia mendirikan rumah mewah.”
Kemudian gubernur itu disuruh memasang kembali bajunya dan dipesan, “Kembalilah ke tempat tugasmu tapi jangan berbuat demikian lagi. Saya tidak pernah memerintahkan engkau membangun rumah besar,” tegas Umar.
Sebaliknya, terhadap gubernurnya yang sederhana, Umar sangat sayang. Seperti yang dilakukannya terhadap Sa’ad bin Al-Jamhi yang diprotes rakyatnya karena selalu terlambat membuka kantornya, tidak melayani rakyatnya di malam hari dan tidak membuka kantor sehari dalam seminggu. Itu dilakukan karena Sa’ad tidak memiliki pembantu sehingga dia membantu istrinya membuatkan adonan roti. Nanti setelah adonan itu mengembang, barulah berangkat ke kantor.
Sa’ad tidak melayani rakyatnya di malam hari karena waktu itu digunakan untuk bermunajat dan memohon ampunan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan sengaja tidak membuka kantor sehari dalam seminggu kecuali di sore hari karena ia harus mencuci pakaian dinas dan menunggu hingga kering.
Kalau di zaman sekarang, model kepemimpinan seperti ini mungkin dianggap tidak efektif. Orang menyebutnya manajemen tukang sate, yakni harus mengiris daging sendiri, menusuk sate, dan membakarnya sendiri.
Tentu letak perbedaannya ada pada pola pikir dan cara pandang. Para sahabat Nabi sangat takut terhadap pertanggungjawaban di akhirat. Sekecil apapun persoalan ummat menjadi perhatiannya.
Berbeda dengan kebanyakan kepemimpinan saat ini dengan prinsip yang penting ada pembagian tugas, lalu pandai membuat laporan. Tidak peduli laporan itu fiktif atau bukan. Ditambah dengan lemahnya kontrol dan pemantauan, maka dimana-mana terjadi penyelewengan.
Mantan Wakil Presiden Adam Malik pernah bertutur, “Semua bisa diatur.” Artinya di depan umum selalu berbicara tentang supremasi hukum, namun dalam kenyataannya berpura-pura.
Ini akibat tidak takut kepada Allah. Baginya bukan siksaan di akhirat yang mengerikan , tapi hanya risiko dunia.
Orang seperti ini terkadang menantang-nantang akhirat segala. Inilah yang dimaksudkan ayat Allah dalam surat Az-Zumar ayat 45: “Dan apabila nama Allah yang disebut, kesallah orang-orang yang tidak percaya terhadap keberadaan akhirat. Tetapi apabila nama sembahan-sembahan selain Allah yang disebut, mereka tiba-tiba merasa gembira.”
Sungguh dapat kita bayangkan seperti apa nasib negeri kita kalau orang-orang yang duduk di puncak kekusaan memiliki orientasi berpikir seperti itu. Sangat mengerikan.
Sungguh tidak keliru bila ummat di zaman kini kembali berkaca kepada kesederhanaan sahabat. Alangkah mulianya pribadi Umar bin Khaththab yang membuat peraturan untuk para gubernurnya:
1. Jangan memiliki kendaraan istimewa
2. Jangan memakai pakaian tipis (halus dan mahal harganya)
3. Jangan makan-makan yang enak-enak
4. Jangan menutup rumahmu bila orang memerlukanmu
Semua itu dimaksudkan agar para gubernur dapat merasakan apa yang dirasakan oleh yang dipimpinnya.
Semoga pemimpin di negeri ini dapat merenungi beratnya tanggung jawab memegang amanah rakyat. Bila tidak, bisa jadi akan diadili oleh mahkamah sejarah. Lebih mengerikan lagi tuntutan tanpa pembela di mahkamah akhirat nanti.* [Manshur Salbu. Diambil dari Rubrik “Hikmah” di Majalah Hidayatullah/ www.hidayatullah.com]
[+/-] |
Tips Bergaul Ketika Musim Natal Tiba |
Setiap menjelang Natal, sebagian Muslim ada yang merasa dipojokkan tuduhan “tidak toleran”. Ada “Tips Syariat Islam” dalam bergaul dengan orang non-Muslim
Oleh: Rina Abdul Latif dan Eka Zulkarnain
Hidayatullah.com--Setiap menjelang Natal, sebagian Muslim ada yang merasa dipojokkan tuduhan “tidak toleran” jika tidak mengucapkan “Selamat Natal” kepada teman atau kenalan yang beragama Kristen.
Padahal, cara-cara seorang Muslim bergaul dengan para pemeluk Kristen atau agama lain dibimbing oleh syari'ah untuk diamalkan sepanjang waktu, bukan hanya untuk hari yang satu itu.
Pada dasarnya, Allah menyukai jika hambanya berbuat baik kepada sesama manusia, siapapun dan apapun agamanya selama tidak menampakkan permusuhan terhadap Islam.
“Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (terjemahan surat Al-Mumtahanah [60]: 8)
Berikut ini beberapa tips praktis dari Syariat Islam mengenai bagaimana cara bergaul dengan orang yang memeluk agama selain Islam.
1. Memberikan makanan
Rasulullah ShallalLahu ‘alaihi wasallam pernah memberi makan seorang lelaki Yahudi yang sudah tua, buta, dan sakit-sakitan setiap hari sampai beliau ShallalLahu ‘alaihi wasallam wafat. Bahkan beliau menyuapi Yahudi tersebut dengan penuh kelembutan, padahal setiap kali beliau datang untuk menyuapinya, lelaki itu mencaci-maki beliau selama beliau menyuapinya. Lelaki itu tidak tahu kalau yang menyuapinya adalah orang yang ia caci-maki.
Ketika Rasulullah ShallalLahu ‘alaihi wasallam wafat dan Abu Bakar menggantikan beliau menyuapi lelaki tua tersebut, Abu Bakar memberi tahu bahwa orang yang ia caci-maki itu adalah orang yang selama ini menyuapinya dan sekarang sudah meninggal dunia. Yahudi itu menangis kemudian masuk Islam.
2. Mengucapkan ucapan kegembiraan atau memberi hadiah
Hal tersebut biasanya dilakukan pada momen-momen tertentu seperti kelahiran bayi, kenaikan pangkat, mendapat pekerjaan yang lebih baik, mendapat penghargaan atas prestasi, dan lain-lain yang tidak berhubungan langsung dengan masalah ibadah (ritual agama). Islam tidak melarang hal-hal tersebut, bahkan menganjurkan.
3. Menolong mereka ketika kesusahan
Ini pula yang pernah dilakukan Rasulullah ShallalLahu ‘alaihi wasallam kepada lelaki Yahudi tua yang buta dan sakit-sakitan tersebut. Dalam hal ini termasuk yang sakit dan membantu mereka, membantu mereka yang miskin, terutama jika mereka adalah tetangga dekat, memberi air pada musim kekeringan jika mereka membutuhkan, memberikan beasiswa bagi anak-anak mereka yang tidak mampu, dan lain-lain tanpa menyuruh apalagi memaksa mereka memeluk Islam. Karena hidayah itu ada di tangan Allah.
4. Menerima dan memakan makanan pemberian mereka selama tidak mengandung unsur-unsur yang diharamkan
Babi, daging sembelihan yang tidak disebut nama Allah ketika menyembelihnya, dan khamr berikut turunannya tentu haram kita terima. Jelaskan dengan cara yang baik kepada mereka kenapa kita menolaknya. Mudah-mudahan penjelasan kita bisa jadi jalan hidayah dari Allah. Unsur-unsur haram ini tetaplah haram, dari siapa pun kita mendapatkannya, apapun agamanya. Jadi, selama dapat dipastikan bahwa makanan pemberian mereka itu tidak ada unsur-unsur tersebut, halal bagi Muslim untuk memakannya.
“ Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan orang-orang yang diberi Al Kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal pula bagi mereka…” (Al-Maidah [5]: 5)
5. Berlaku Adil
Suatu ketika Khalifah Ali bin Abi Thalib radhialLahu ‘anhu mengadukan seorang Yahudi yang beliau duga telah mencuri baju besinya kepada hakim setempat. Dalam pengadilan di mana Ali dan Yahudi tersebut hadir, pengaduan Ali radhialLahu ‘anhu tersebut tidak diterima, sebab Ali tidak menghadirkan saksi pencurian tersebut. Mendengar putusan hakim tersebut, Yahudi tersebut terkejut, karena sebelumnya ia sangat yakin bahwa pengadilan akan berpihak pada Ali radhialLahu ‘anhu, yang di samping ia seorang muslim, juga khalifah.
Di muka pengadilan tersebut, ia mengakui bahwa ialah yang mencuri baju besi Ali radhialLahu ‘anhu tersebut. Pengakuan itu diikuti dengan pernyataan keislamannya. Akhirnya Ali bin Abi Thalib memberikan baju besi tersebut sebagai ungkapan kegembiraannya.
Masalah Aqidah: Tidak Ada Kompromi
Ada pun hal-hal yang bersentuhan dengan masalah keyakinan, maka dalam Islam ada rambu-rambunya pula. Setiap perkataan dan sikap yang mengandung makna persetujuan dengan keyakinan mereka yang berseberangan dengan aqidah Islam, maka hal tersebut dilarang dalam Islam.
a. Mengucapkan Selamat Natal dan Menghadiri Perayaannya
Perayaan Natal bagi pemeluk Kristen pada zaman ini bermakna mengingat dan merayakan hari yang mereka yakini sebagai hari kelahiran Yesus yang mereka anggap Tuhan. Menghadiri atau memberi selamat Natal kepada pemeluk Kristiani tentu saja merupakan ungkapan persetujuan bahkan bahagia atas makna tersebut. Tidak bisa tidak. Padahal Islam mengatakan bahwa Isa (Yesus) adalah nabi dan rasul utusan Allah Subhana wa Ta’ala.
Dalih yang mengatakan bahwa boleh mengucapkan selamat Natal dengan niat hanya menghormati mereka sebagai manusia, tidak dapat diterima baik secara logika ataupun secara bahasa. Karena logika dan bahasa menunjukkan ucapan selamat merupakan keterlibatan jiwa (perasaan) orang yang mengucapkan selamat bahwa ia ikut merasakan kebahagiaan, sesuatu yang bahkan melebihi persetujuan atas apa yang diselamati. Bukan bahagia tanpa sebab.
Lalu, pantaskah seorang yang telah bersaksi bahwa tiada sembahan selain Allah, tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun, menyampaikan rasa bahagia ketika Allah disekutukan dengan yang lain? Karena bagi mereka Isa adalah “Tuhan”, sekaligus “anak Tuhan”. Mereka menyebut dengan jelas: “Tuhan Yesus!”
Ibnu Umar radhiaLlahuanhu pernah membuat pernyataan yang menegaskan betapa besar dan beratnya kesyirikan kaum Kristen ini karena mengatakan “tuhan itu tiga”.
b. Menghadiri Peribadatan Mereka
Menghadiri peribadatan adalah pengakuan yang nyata atas dasar keyakinan seluruh peserta berikut pemuka agama yang memimpin peribadatan tersebut.
Dua hal di atas termasuk ke dalam hal-hal yang Allah peringatkan dalam Surat Al Kafirun.
* Kedua penulis adalah guru Al-Quran di sebuah madrasah di Jawa Barat
[+/-] |
Kapolri Anggap AKKBB Cari Masalah |
Kepada anggota dewan di Gedung DPR, Jakarta Kapolri Jenderal (Pol) Sutanto menganggap AKKBB cari masalah di kasus Monas
Hidayatullah.com—Menurut Kapolri Jenderal (Pol) Sutanto, insiden bentrokan Monas karena Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB) tak mengikuti peringatan.
Menurut Kapolri, jika saja mengikuti rute yang sudah disepakati, maka insiden tersebut tidak akan terjadi. Rute yang seharusnya dilalui AKKBB, jelas dia, Gambir-Kedubes AS-Air Mancur-BI-Thamrin-HI. Di lokasi tersebut sudah ditempatkan sekitar 400 personel.
"Rute-rute tersebut sudah diamankan, tapi AKKBB tidak menepati janji. Kalau menepati rute mereka, pasti tidak akan terjadi (bentrokan). Kalau polisi dibilang tidak siap, tidak tepat. Mereka (AKKBB) sendiri yang cari masalah," ujar Kapolri menjawab pertanyaan anggota Dewan.
Pihak kepolisian sendiri menurunkan sekitar 10.000 hingga 14.000 orang. Sementara jumlah massa yang melakukan aksi 6.000 orang.
Kapolda Metro Jaya Irjen Adang Firman, Kamis (12/6) mengatkan, AKKBB memiliki andil terjadinya kekerasan di Monas. Sebab AKKBB memasuki kawasan Monas tanpa izin. "Paling tidak, mereka harus meminta izin. Sebab apa yang mereka lakukan bukan ujuk rasa, tapi mengikuti kegiatan," kata Adang Firman.
Menurut Adang Firman, ketentuan mengikuti kegiatan berbeda dengan ujuk rasa. Kegiatan di muka umum harus ada izin. Sementara untuk unjuk rasa, cukup memberitahukan, tanpa perlu izin. Adang mengategorikan apa yang dilakukan AKKBB pada tanggal 1 Juni lalu sebagai kegiatan, bukan unjuk rasa, sehingga perlu izin.
Protes
Sementara itu, di tempat terpisah, Ketua Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq melakukan protes dengan menolak diperiksa dan mencabut keterangannya dalam berita acara pemeriksaan (BAP) mendapat tanggapan positif dari Polda Metro Jaya.
Sikap Habib Rizieq ini dilakukan sebagai bentuk protes karena polisi tidak memeriksa pihak Aliansi Kebangsaan dan Kebebasan Beragama (AKKBB) terkait dengan insiden Monas.
Menurut Kapolda, untuk menuntaskan penyidikan kasus insiden kekerasan di Monas, Minggu 1 Juni lalu, Kapolda juga akan memeriksa AKKBB.
"Kita akan panggil AKKBB. Sudah kita proses pemanggilannya. Paling tidak yang akan kita panggil adalah penanggungjawabnya dulu," ungkap Adang Firman. [cha, berbagai sumber/www.hidayatullah.com]
[+/-] |
Polling FPI di Liputan6.com “Raib” |
Polling “pembubaran” FPI di Liputan6.com tiba-tiba “raib”. Sebelumnya, hasil polling di situs stasiun TV itu justru tak menginginkan FPI dibubarkan!
Hidayatullah.com--Tanpa ada pemberitahuan yang jelas, polling pembubaran FPI di Liputan6.com tiba-tiba “raib”. Sebagaimana diketahui sebelumnya situs ini menyediakan polling terbuka untuk menjaring sikap masyarakat tentang keberadaan Front Pembela Islam (FPI) terkait kasus Monas.
“Catatan aksi kekerasan Front Pembela Islam (FPI) cukup panjang. Terakhir, para anggotanya terlibat penyerangan Aliansi Kebangsaan Untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB). Beberapa pihak meminta FPI dibubarkan. Setujukah Anda jika FPI diburkan?” Begitu Liputan6.com mengawali polling.
Pasca kasus Monas, 1 Juni 2008 lalu, setidaknya ada empat media online membuat polling serupa. Selain Liputan6.com, ada situs detik.com, situs milik PBNU, www.nu.or.id dan Republika online.
Yang mengagetkan, umumnya hasil polling keempat media itu menunjukkan ketiksetujuan responden membubarkan FPI.
Pantauan www.hidayatullah.com Selasa pagi, 10 Juni 2008 hasil polling Liputan6.com menunjukkan, 59% (atau 89.126 pembaca tak menginginkan FPI dibubarkan). Hanya 41%, atau 62.093 pembaca meminta FPI dibubarkan. Sisanya 272 (0%), menyatakan abstain.
Setiap hari, jumlah peserta polling yang memilih opsi menolak pembubaran FPI justu semakin meningkat, sehingga menjelang pukul 3:00, mereka yang menolak pembubaran FPI merangkak menjadi 60%, sedangkan yang menolak 40%. Namun kemudian, esoknya, tampilan polling itu “raib” entah ke mana. Tidak ada pengumuman mengapa polling ditutup.
Sedangkan polling di Detik.com hasilnya menunjukkan pihak yang enggan FPI dibubarkan masih tetap unggul. Sekitar 56, 76 % dengan pemilih sebanyak 26022 orang. Sedangkan pihak yang menginginkan FPI bubar meraih 43,24% dengan pemilih sebanyak 19826 orang.
Adapun Polling di www.republika.co.id, mereka yang menginginkan FPI tidak dibubarkan melejit menjadi 85,5%. Di www.nu.or.id dukungan agar FPI tidak dibubarkan juga meningkat dari 59 % menjadi 62%. Yang tak menginginkan FPI dibubarkan beralasan, "keberadaannya harus tetap dipertahankan guna menghapus kemaksiatan dan melawan kelompok liberal." [thoriq/www.hidayatullah.com]
[+/-] |
MUI: Kitab-Kitab Ahmadiyah Harusnya Ditarik |
Meski mengatakan Ahmadiyah tetap diperbolehkan beribadah pasca penerbitan SKB Ketua Dewan Fatwa MUI, Ma'ruf Amin menyerukan pemerintah menarik kitab suci Ahmadiyah
Hidayatullah.com--Meski mengatakan Ahmadiyah tetap diperbolehkan beribadah pasca penerbitan Surat Keputusan Bersama (SKB) tentang larangan berkegiatan untuk Ahmadiyah, Ketua Dewan Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ma'ruf Amin tetap menyerukan pemerintah agar segera menarik kitab-kitab suci Ahmadiyah.
Ma'ruf tidak menyebutkan alasan mengapa kitab harus ditarik, namun dia menegaskan bahwa di dalam SKB Ahmadiyah jelas-jelas tidak diperbolehkan menyebarluaskan ajaran agamanya, termasuk kitab Tadzkirah yang berpotensi menjadi sumber penyebaran ajaran. "Ya, betul, kitab-kitab harusnya ditarik," ujar Ma'ruf.
Ke depan, Ma'ruf mengatakan bahwa MUI akan terus melakukan evaluasi terhadap SKB dan membentuk tim pemantau terhadap pelaksanaan SKB oleh Ahmadiyah. "MUI belum membuat apa-apa, hanya mendengarkan saja. SKB kami terima karena sesuai UU. Tugas kita sekarang adalah memantau," Ma'ruf menegaskan. [sya/www.hidayatullah.com/
[+/-] |
Provokasi, Sekali Lagi Provokasi! [2] |
Presiden menanggapi peristiwa Monas seakan kudeta. Kedubes AS pun melibatkan diri. Padahal itu tawuran biasa yang selalu terjadi di Indonesia. Ada apa? SKB sudah terbit. Tapi peristiwa ini adalah “pelajaran!”
Oleh: Amran Nasution *
Prolog:
Beberapa saat usai kejadian bentrokan Monas, John Heffern, Kuasa Usaha Kedutaan Besar (Kedubes) Amerika Serikat di Jakarta ikut-ikutan sibuk mengunjungi korban dari AKKBB di Rumah Sakit Gatot Subroto. Keesokan hari, Kedubes mengirimkan pernyataan resmi ke media massa mengutuk aksi kekerasan Monas. Belum cukup. Pernyataan itu mengajari Pemerintah Indonesia agar menjunjung kebebasan beragama bagi warganya sesuai UUD. Itu jelas intervensi urusan dalam negeri Indonesia.
Bagaimana Amerika masih punya keberanian moral mengutuk kekerasan Monas, sementara negaranya adalah imperium kekerasan yang sudah membunuh 1 juta manusia di Iraq. Saat tulisan ini diturunkan, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ikut-ikutan menyorot kasus Ahmadiyah. Lantas, apa maksud dari dukungan moral itu?
Amerika Memang Jagonya
Campur tangan mereka yang begitu jauh tentu karena alasan lain. Itu harus dirujuk kepada war on terror (perang melawan teror) yang diproklamirkan Presiden George Bush setelah penyerangan Menara Kembar WTC oleh kelompok teroris 11 September 2001.
Katanya itulah perang untuk menguber para teroris sampai ke mana pun. Nyatanya sampai sekarang Usamah Bin Ladin dan Ayman Al-Zawahiri masih tak bisa tertangkap. Sementara Afghanistan dan Iraq sudah remuk-redam. Negeri kaya minyak Iraq, oleh perbuatan Amerika, kini menjadi negara gagal (failed-state)
Dalam proklamasinya Bush mengatakan bahwa perang itu adalah crusade atau Perang Salib, yaitu perang tentara Kristen melawan Islam 1000 tahun lalu untuk memperebutkan Jerusalem. Itulah nyatanya yang dilakukan Presiden Bush.
Di Iraq, kelompok Suni diadunya dengan Syiah. Begitu pula di Libanon. Arab Saudi ditakut-takuti dengan bahaya nuklir Iran. Orang Islam dibaginya dua: good Muslim dan bad Muslim. Good Muslim, katanya, orang Islam yang modern, menerima nilai demokrasi, terbuka dan moderat. Sedang bad Muslim kolot, anti-demokrasi, fanatik, tak toleran, ingin mendirikan negara Islam.
Pada kenyataannya good Muslim adalah orang Islam yang mau mendukungnya. Mereka menjadi bad Muslim kalau bersikap independen dari pengaruhnya (Lihat Mahmood Mamdani dalam Good Muslim, Bad Muslim – America, the Cold War, and the Roots of Terror. Three Leaves Press, Doubleday, New York, 2005). Dalam konteks inilah campur tangan Kedubes Amerika dalam mendukung AKKBB, bisa dilihat.
Ketua Umum FPI Habib Riziek Shihab atau pimpinan Laskar Islam Munarman jelas masuk kategori bad Muslim. Habib Rizieq selalu memimpin demonstrasi anti-Amerika. Munarman, bekas tokoh YLBHI itu, adalah orang paling gigih berkampanye mengusir proyek NAMRU-2 dari Indonesia.
Kontrak NAMRU-2 sudah lama berakhir di Indonesia. Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari menentangnya, tapi proyek Angkatan Laut Amerika itu tetap bertahan karena di Istana banyak pendukungnya. Padahal proyek itu tampaknya tak lain untuk kepentingan perang kuman Amerika yang tak ada untungnya bagi Indonesia.
Sementara di kelompok AKKBB bergabung banyak good Muslim. Beberapa di antara mereka adalah tokoh yang pada 1998 terlibat menerima dana 26 juta dollar dari badan bantuan pemerintah Amerika, US-AID, seperti Adnan Buyung Nasution dan kawan-kawan (The New York Times, 20 Mei 1998).
Dengan sikap Kedubes Amerika dan Presiden SBY seperti itu, maka penangkapan Habib Riziek dan kelompoknya dilakukan polisi amat berlebihan. Inilah untuk pertama kali dalam sejarah Indonesia, 1500 polisi dikerahkan hanya untuk menangkap demonstran tawuran. Pagi itu, kantor FPI di kawasan Petamburan dikepung seakan sarang teroris yang memiliki senjata nuklir.
Semua itu rupanya diperlukan agar suasana terlihat mencekam. Agar FPI terlihat jelek dan menakutkan di mata masyarakat. Apalagi sejak peristiwa Monas organisasi Islam itu sudah dihancurkan oleh pemberitaan gencar media massa. Ia dicitrakan sebagai organisasi preman yang meresahkan agar bisa dibubarkan.
Andi Mallarangeng dan adiknya, Rizal Mallarangeng dari Freedom Institute, tak segan tampil berdua di sebuah stasiun televisi hanya untuk menyerang FPI dengan emosional. Singkat cerita, tujuannya untuk membunuh karakter FPI. Di mata dua kakak-beradik ini tak ada kerjaan FPI yang lain kecuali kekerasan.
Padahal FPI dan para tokohnya termasuk pihak awal turun ke Aceh ketika tsunami menyerang. Mereka yang mengevakuasi mayat berserakan, bukan Adnan Buyung Nasution atau Marsilam Simanjuntak. Mereka turun menolong rakyat kebanjiran di Jakarta, bukan Rizal Mallarangeng atau Asmara Nababan. Pengajian mereka berlangsung rutin. Habib Rizieqsering berkeliling Indonesia untuk berdakwah.
Tapi dalam hal provokasi Amerika jagonya. James Petras, Profesor (emeritus) sosiologi di Binghamtom University, New York, Mei lalu, menulis artikel menarik, Provocations as Pretexts for Imperial War: From Pearl Harbor to 9/11. Di situ ditelanjangi bagaimana pemerintah Amerika memprovokasi rakyatnya dan masyarakat internasional dengan dalih atau bukti palsu agar mereka mendukung perang.
Itu dilakukan Presiden Franklin Roossevelt dalam penyerangan Jepang atas Hawai yang menjadi alasan Amerika terlibat dalam Perang Dunia II, Presiden Truman untuk Perang Korea, Presiden Lyndon Johnson dalam insiden Teluk Tonkin untuk melegitimasi Perang Vietnam, dan Presiden Bush dengan senjata pemusnah massal untuk menyerang Iraq.
Dalam insiden Teluk Tonkin, misalnya, Menteri Pertahanan McNamara melapor ke Kongres bahwa hari itu, 4 Agustus 1964, kapal perang Amerika telah bentrok dengan patroli laut Vietnam Utara di Teluk Tonkin. Insiden terjadi karena lambung kapal USS Maddox dirobek peluru senapan mesin kaliber 14,5 mm yang ditembakkan kapal patroli Vietnam. Rakyat Amerika terprovokasi dan marah. Tiga hari kemudian Kongres memberi mandat kepada Presiden Johnson untuk berperang.
Padahal insiden Teluk Tonkin cuma karangan. Itu terbukti dari berbagai dokumen yang belakangan bisa dibuka. Salah satunya, laporan National Security Agency (NSA) dibuka tahun 2005, menyebutkan kapal patroli Vietnam tak pernah bertemu USS Maddox, apalagi terlibat tembak-tembakan. Foto robeknya lambung USS Maddox sebagai bukti, betul-betul hasil rekayasa.
Begitu juga cara Presiden Bush mengelabui rakyat Amerika dan dunia tentang senjata pemusnah massal di Iraq dan hubungan Saddam Hussein dengan “teroris” Al-Qaidah Semua palsu dan rekayasa.
Seperti ditulis Profesor James Petras, provokasi menimbulkan kerugian tak kepalang. Perang Vietnam menyebabkan 4 juta penduduk Vietnam dan Indochina terbunuh. Jutaan lainnya terluka. Amerika sendiri: 54.000 serdadu tewas, setengah juta lainnya cedera. Tapi yang paling menyakitkan, Amerika kalah perang. Tentaranya harus melarikan diri dari Saigon pada 1975. Sungguh memalukan.
Begitu pula di Iraq. Perang menyebabkan lebih 4000 tentaranya terbunuh, hampir 30.000 cedera, dan sebagian harus dirawat seumur hidup karena gangguan mental. Profesor Joseph Stiglitz, pemenang Nobel Ekonomi 2001, memperhitungkan perang Iraq menghabiskan dana 3 trilyun dollar.
Perang itulah yang menyebabkan Amerika dibenci rakyat dunia – termasuk Eropa. Ekonominya morat-marit dan kini dilanda krisis. Bertahun-tahun neraca perdagangannya negatif lalu hidup dari menumpuk utang. Negeri ini menjadi pengutang terbesar di dunia. Utang luar negerinya saja 9 trilyun dollar, terutama kepada China dan negara Timur Tengah. Pengangguran melonjak, bulan ini sudah5,5%. Naik 0,5 % dibanding sebelumnya.
Penyerbuan Iraq pula yang menyebabkan harga minyak bumi melonjak – selain faktor naiknya permintaan. Soalnya, karena masalah keamanan sampai sekarang pasokan minyak Iraq belum mencapai tingkat produksi sebelum perang. Proyek Presiden Bush membuat biofuel dari jagung dengan subsidi besar sebagai alternatif minyak bumi mengakibatkan harga pangan melonjak. Dunia terancam resesi.
Belakangan bermunculan banyak artikel dan buku yang meramalkan masa kejayaan Amerika Serikat sudah berakhir, ditulis bukan orang sembarang. Amerika tak akan lagi memimpin dunia. Di antaranya, Day of Reckoning - How Hubris, Ideology, and Greed Are Tearing America Apart (oleh Patrick J. Buchanan), The Post-American World (Fareed Zakaria), The Squandering of America (Robert Kuttner), Bad Money – Reckless Finance, Failed Politics and the Global Crisis of American Capitalism (Kevin Phillips), atau The Second World: Empires and Influence in the New Global Order (Parag Khanna).
Meski demikian rupanya cara-cara provokasi dari negeri calon bangkrut itu masih dicoba di Indonesia. Korbannya adalah FPI dan kawan-kawan. Mereka menjadi Kiranjit Ahluwalia. [Habis/www.hidayatullah.com]
* Penulis Direktur Institute For Policy Studies
Kamis, 12 Juni 2008
[+/-] |
Provokasi, Sekali Lagi Provokasi! [1] |
Presiden menanggapi peristiwa Monas seakan kudeta. Kedubes AS pun melibatkan diri. Padahal itu tawuran biasa yang selalu terjadi di Indonesia. Ada apa? SKB sudah terbit. Tapi peristiwa ini adalah “pelajaran!”
Oleh: Amran Nasution *
Hidayatullah.com--Kiranjit Ahluwalia memang membunuh Deepak. Suatu malam di bulan Mei 1989, ketika sang suami tidur lelap ia siram kedua kakinya dengan bensin, ia sulut dengan korek api. Lima hari kemudian, Deepak menghembuskan napas terakhir di rumah sakit. Wanita beranak dua itu pun ditangkap polisi.
Pada mulanya peristiwa di Southall, pinggiran barat London ini, dianggap pembunuhan biasa. Pengadilan memvonis wanita asal Punjab, India, yang berimigrasi ke Inggris itu, dengan hukuman seumur hidup. Tapi guru bahasa Inggrisnya di penjara melaporkan kasusnya kepada seorang pengacara berpengaruh.
Dari sini cerita menjadi seru. Terutama setelah kelompok pembela hak perempuan Asia dan kulit hitam, Southall Black Sisters, aktif berdemonstrasi membela Kiranjit agar dibebaskan dari penjara. Pers berebut meliputnya, para ahli hukum memperdebatkannya, para kolumnis menganalisanya.
Ternyata Kiranjit adalah kisah wanita Timur yang tabah, mengabdi kepada suami, menjaga martabat keluarga, tapi provokasi demi provokasi dari Deepak berujung pembunuhan.
Deepak pecandu alkohol berat, punya hobi menyiksa istri. Kalau sudah marah apa yang ada di tangannya ia pukulkan, dan itu sering terjadi di depan mata dua anak mereka yang masih kecil. Ke mana pun Kiranjit lari, ia kejar sampai dapat dan babak-belur.
Itulah yang terjadi di malam nahas. Setelah puas menyiksa istrinya Deepak tertidur dalam mabuk beratnya. Ketika itu Kiranjit berpikir, baik kalau kaki Deepak ia bakar agar tak mampu lagi mengejarnya. Dengan demikian ia bisa lepas dari siksaan. Maka wanita yang sehari-hari bekerja menyortir surat di sebuah kantor pos, membakar kaki suaminya.
Pengadilan banding pada 1992, memvonis bebas Kiranjit yang telah tiga tahun mendekam di penjara. Hakim berpendapat ia memang tak berniat membunuh. Kata Kiranjit di depan sidang, ‘’Saya tak pernah berencana membunuhnya. Saya hanya ingin ia berhenti menyakiti saya.’’
Menurut hakim, peristiwa terjadi karena Kiranjit menderita depresi berat akibat perlakuan Deepak. Vonis ini kemudian seperti ditulis The Guardian, 4 April 2007, menjadi preseden sejarah hukum di Inggris. Tahun lalu, sutradara asal India di London, Jag Mundhra, mengangkat tragedi ini ke dalam film berjudul: Provoked: A True Story (Provokasi: Sebuah Kisah Nyata).
Bila diamati peristiwa Monas (Monumen Nasional), Minggu, 1 Juni 2008, kelompok Front Pembela Islam (FPI) adalah Kiranjit: pihak yang melakukan tindakan melawan hukum akibat tak tahan menghadapi provokasi demi provokasi para tokoh liberal yang tergabung dalam Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB).
Kelompok-kelompok Islam ini – termasuk MUI – sudah lama menjadi bulan-bulanan pemberitaan media massa yang lebih berpihak kepada kelompok liberal dan isu-isu yang mereka bawa. Mulai kasus RUU Pornografi dan Pornoaksi, berbagai aliran sesat, dan terakhir Ahmadiah.
ImageAdnan Buyung Nasution, misalnya, seenaknya bilang MUI supaya dibubarkan karena mengeluarkan fatwa Ahmadiah. Penasehat Presiden itu mengejek-ejek salah seorang tokoh MUI yang tak lain koleganya sesama penasehat Presiden. Padahal dalam pandangan kelompok Islam ini, MUI harus dihormati karena merupakan kumpulan para ulama. Buyung beberapa kali menantang-nantang mereka dengan sangat emosional.
Tulisan para aktivis liberal di koran, majalah, atau wawancara di televisi, selalu menyerang atau mengejek-ejek mereka atau sesuatu yang mereka yakini dan muliakan. Di dalam selebaran untuk mengerahkan pendukungnya ke Monas, 1 Juni 2008, AKKBB menuduh kelompok anti --Ahmadiah adalah anti-- UUD dan Pancasila serta persatuan nasional. Mereka akan memaksakan rencana mendirikan negara Islam, mengganti dasar negara.
Di bawah pernyataan tercantum 289 nama, sejumlah di antaranya tokoh terkenal. Mulai Gus Dur, Goenawan Mohamad, Adnan Buyung Nasution, Marsilam Simanjuntak, Asmara Nababan, Rahman Tolong, Ulil Abshar Abdala, sampai Syafii Maarif dan Amien Rais. Selebaran dimuat di koran sebagai iklan, selain tersebar ke mana-mana. Itu amat meresahkan FPI, FUI, dan lainnya yang sejak lama berpendapat Ahmadiah harus dilarang karena mencederai Islam. Sebagaimana Kiranjit mereka tampaknya terus diprovokasi.
Amat wajar polisi berusaha agar massa kelompok FPI dan AKKBB tak bertemu ketika 1 Juni 2008, keduanya melakukan demonstrasi. Kenyataannya kelompok AKKBB tak peduli. Mereka seakan ingin berhadapan dengan kelompok FPI.
Kedutaan Besar Amerika
ImageSiang itu di depan Istana Merdeka, massa Hizbut Thahrir Indonesia (HTI), FPI, MMI, dan FUI, melakukan demo anti-kenaikan harga BBM. Dari arah Hotel Indonesia muncul massa AKKBB yang berdemo menentang pelarangan Ahmadiyah. Dari pengeras suara di atas mobil terdengar suara mengejek FPI sebagai ‘’laskar kapir’’, ‘’laskar setan’’.
Provokasi itu menyebabkan kelompok massa FPI yang dipimpin Munarman kehilangan kesabaran. Meski salah seorang dari massa AKKBB mengeluarkan pistol dan menembakkannya ke atas sampai empat kali, tak ada gunanya. Saat itu pistol lebih berfungsi sebagai alat provokasi daripada pencegahan. Terjadilah insiden. Sejumlah massa AKKBB terluka, beberapa sempat dirawat di rumah sakit.
Bentrokan sesungguhnya kecil saja. Setidaknya lebih kecil dibanding banyak kerusuhan pemilihan kepala daerah (Pilkada). Di Ternate, Maluku Utara, misalnya, sejumlah rumah dibakar. Sebelumnya, dalam pemilihan Bupati Tuban, Jawa Timur, bukan cuma rumah, pendopo bupati, kantor KPU, kantor partai, mobil dan beberapa properti lain dibakar. Apalagi kalau dibandingkan dengan kerusuhan Ambon, Poso, atau pembantaian orang Madura di Kalimantan.
Tapi kali ini hiruk-pikuknya bukan kepalang. Koran, radio, dan televisi menjadikannya berita utama dengan tema menyerang kelompok FPI. Ormas itu harus dibubarkan karena merupakan organisasi kekerasan.
Saking bersemangat, koran TEMPO memuat mencolok foto Munarman mencekik seseorang yang disebutnya anggota AKKBB, tanpa pengecekan. Ternyata Munarman sedang berusaha mencegah anggotanya sendiri berbuat anarkis. Berita foto itu sangat menjatuhkan Munarman dan tampaknya akan menjadi kasus hukum.
Demonstrasi menuntut pembubaran FPI pecah di pelbagai daerah terutama di Jawa Timur, basis Gus Dur. Berbagai tindak kekerasan diterima FPI daerah. Malah di Banyuwangi, mucikari dan pelacur turut berpartisipasi mendemo FPI.
Seakan negara dalam keadaan darurat, Presiden SBY tampil menyampaikan pernyataan resmi dari Istana. ‘’Negara tak boleh kalah oleh kekerasan,’’ katanya. Gaya penampilan Presiden, mimiknya, tekanan kalimatnya, menggambarkan seakan FPI dan kelompoknya telah melakukan kudeta. Gaya Presiden yang berlebihan itu tambah memojokkan FPI.
ImagePadahal kalau bentrok begitu saja harus ditanggapi Presiden langsung, setiap hari ia harus tampil. Ikutilah radio atau televisi, hampir setiap hari ada bentrok massa. Penyebabnya macam-macam, mulai Pilkada, demonstrasi BBM, tawuran antar-kampus atau antar-sekolah, tawuran antar-geng motor, rebutan lahan parkir, sampai sengketa tapal batas desa. Penyerbuan polisi ke Universitas Nasional, sebelumnya jauh lebih keras dari peristiwa Monas. Tapi Presiden diam saja.
Yang jelas bentrokan Monas menguntungkan pemerintah. Soalnya, FPI, Hizbut Thahrir Indonesia (HTI), dan ormas Islam lainnya, merencanakan demonstrasi besar-besaran anti-kenaikan harga BBM mulai 6 Juni 2007. Demonstrasi itu akan diteruskan dengan gerakan mogok massal nasional. Berbagai persiapan sudah dilakukan.
Ketika polisi menggerebek kantor FPI ditemukan segepok selebaran berjudul, ‘’Lumat SBY-YK’’. Lumat singkatan lima tuntutan ummat: batalkan kenaikan harga BBM, turunkan harga sembako, nasionalisasi aset negara yang dikuasai asing, bubarkan dan nyatakan Ahmadiyah sebagai organisasi terlarang, dan usir NAMRU-2 dari Indonesia serta bersihkan kabinet dari antek Amerika Serikat.
Melihat tema yang mereka usung, gerakan itu akan merepotkan pemerintah sekalian menyulut gerakan anti-Amerika di Indonesia. Aksi itu rupanya harus dicegat jangan sampai terjadi maka meletuslah peristiwa Monas.
Lihatlah aktivitas Kedutaan Besar (Kedubes) Amerika Serikat di Jakarta. John Heffern, Kuasa Usahanya, sibuk mengunjungi korban dari AKKBB di Rumah Sakit Gatot Subroto. Keesokan hari, Kedubes mengirimkan pernyataan resmi ke media massa mengutuk aksi kekerasan Monas. Belum cukup. Pernyataan itu mengajari Pemerintah Indonesia agar menjunjung kebebasan beragama bagi warganya sesuai UUD. Itu jelas intervensi urusan dalam negeri Indonesia.
Bagaimana mungkin orang-orang Kedubes itu masih punya keberanian moral mengutuk kekerasan Monas, sementara negaranya adalah imperium kekerasan yang sudah membunuh 1 juta manusia di Iraq. Menangkap, menahan, dan menyiksa ratusan orang di Guantanamo, tanpa mengadilinya lalu diam-diam melepaskannya.
Pantas Naomi Wolf, aktivis dan kolumnis dari New York, penulis buku laris The Beauty Myth, menuduh negeri itu sedang menuju pemerintahan fasis (fascist shiff). Riset yang dilakukan wanita ini menemukan seluruh ciri-ciri pemerintahan Hitler di Jerman, Mussolini di Italia, dan Augusto Pinochet di Chili, ada pada pemerintahan Bush.
Bagaimana mereka mengajari kebebasan beragama di Indonesia, padahal banyak pendeta dan pengikut Mormon mendekam di penjara Amerika karena melakukan poligami sesuai ajaran agama yang mereka yakini. Apa beda mereka dengan Ahmadiah? Pendeta David Koresh dan puluhan pengikutnya diledakkan polisi federal FBI sampai terbakar berkeping-keping karena mendirikan sekte Kristen sendiri. Masih ada cerita lain yang mengerikan seperti itu.
Di Guantanamo, Al-Quran mereka cemplungkan ke dalam WC – seakan hal lumrah – agar orang yang mereka periksa marah dan bicara terbuka. Dari pengakuan eks tahanan Guantanamo yang telah bebas, penghinaan Al-Quran jadi metode pemeriksaan tersendiri, selain berbagai model penyiksaan lainnya seperti waterboarding, menyiramkan air ke wajah sehingga korban sesak bernapas seakan tenggelam.
Di Iraq, tentaranya latihan menembak dengan Al-Quran sebagai target. Apakah mereka masih berhak bicara kebebasan beragama? [berlanjut/www.hidayatullah.com]
Jumat, 06 Juni 2008
[+/-] |
Wartawan Harus Berkomintmen terhadap Islam |
Tugas setiap wartawan Muslim adalah dakwah. Karena itu dalam melakukan pekerjaan, mereka harus menyampaikan kebenaran tanpa memanipulasi
Hidayatullah.com—Pernyataan ini disampaikan Ketua Komite Indonesia untuk Solidaritas Palestina (KISPA), Ferry Nur dalam tabligh akbar di Masjid Al Azhar, Kemayoran Jakarta. Tabligh akbar yang diselenggarakan oleh Forum Umat Islam (FUI) ini berlangsung usai shalat Jumat itu dihadiri ratusan orang.
Himbauan Ferry Nur ini disampaikan setelah mencermati liputan berbagai media massa –khususnya TV—yang sudah mulai tidak bersikap jujur dan adil dalam masalah sebenarnya yang terjadi dalah kasus FPI. Ferry banyak menjelaskan sisi-sisi lain jasa FPI bagi bangsa Indonesia di luar kasus yang kini sedang disoroti.
Menurut Ferry, FPI juga punya jasa-jasa bagi kemanusiaan. Mereka membantu menanggulangi banjir Jakarta, mereka juga pernah ke Aceh saat tsunami. FPI menemukan jasad pejabat polisi Aceh yang hilang saat tsunami. "Di mana ketika itu Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB)," katanya. Rasa adil itulah yang tidak ia lihat dalam media massa.
Selain di Masjid Al Azhar, tabligh akbar secara serentak juga dilaksanakan di beberapa masjid di seluruh Jakarta.
Selain Ferry, tokoh Islamenyampaikan orasi adalah; Rusdi Hamka, Ketua KISDI Ahmad Sumargono, Ketua HTI Al Khathat, KH Cholil Ridwan, Mashadi, Pimpinan Pondok Pesantren Assafiiyah Abdullah Rasyid Syafi'i.
Usai acara tabligh akbar, puluhan tokoh Islam dan ulama itu langsung berangkat menuju Kapolda guna menjenguk Ketua Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq. [Sur/cha/www.hidayatullah.com]
[+/-] |
Usai acara Tabligh Akbar, Puluhan Tokoh Islam Jenguk Habib Rizieq |
Usai tabligh akbar, puluhan tokoh Islam dan ulama langsung berkunjung menuju tempat Habib Rizieq ditahan. Sempat terkumpul uang lima juta
Hidayatullah.com--Setelah mengikuti tabligh akbar, puluhan tokoh Islam dan ulama langsung menuju Mapolda Metro Jaya. Sejumlah tokoh Islam dan ulama itu adalah mereka yang tergabung dalam Forum Umat Islam (FUI).
Beberapa diantara mereka adalah Ketua KISDI Ahmad Sumargono, Ketua HTI Ahmad Al Khathat, KH Cholil Ridwan, dan Pimpinan Pondok Pesantren Assafiiyah Abdullah Rasyid Syafi'i.
Sebelum berangkat, peserta tabligh akbar sempat mengumpulkan sumbangan uang sebesar Rp5.005.500.
Uang sebesar itu merupakan sumbangan yang dikumpulkan dari jamaah yang hadir dalam tablig akbar.
"Uang ini dimaksudkan untuk membantu keluarga anggota FPI yang sedang ditahan," jelas kata Pimpinan Pondok Pesantren Assafiiyah Abdullah Rasyid Syafi'i usai tabligh akbar. [Sur/okz/cha/www.hidayatullah.com]
[+/-] |
KH. Hasyim Muzadi: “Trisula” yang Hancurkan Islam |
Ketua PBNU, KH. Hasyim Muzadi mengatakan, Islam dihancurkan oleh kelompok “Trisula”. Mereka adalah Islam fundamentalis, Islam Liberal dan sinkretis
Hidayatullah.com--Berbagai konflik dan kerusuhan yang ada di Indonesia yang sebagian besar dihuni oleh umat Islam ini diduga didalangi oleh aktor-aktor yang bermain di belakang layar untuk mengamankan kepentingan mereka atas sumber daya alam Indonesia yang sangat kaya.
“Yang Islam dilumpuhkan, sumber dayanya diambil. Orang Indonesia dibuat tak produktif diatas tanah yang produktif, aneh kan. Tanah begini subur kita lapar,” kata KH Hasyim Muzadi dikutip NU Online.
Para penganggu kedamaian ini didefinisikan sebagai kelompok trisula yang terdiri dari golongan liberalis, fundamentalis dan sinkretis yang dibuat untuk menghancurkan Indonesia
“Kita ini dimainin, dibikinlah Islam Liberal dan mereka juga dikasih duit. Diem-diem yang kelompok garis keras juga dikasih duit, tentunya melalui tangan ke seribu. Ditengah- tengah itu, budaya klenik juga berkembang seperti adanya nabi baru, akhirnya Islam jadi kacau,” katanya.
Upaya penyelamatan Islam dan Indonesia ini bisa dilakukan jika golongan Islam moderat seperti NU dan Muhammadiyah dapat bekerjasama secara lebih konkrit dalam pengembangan ilmu, budaya, peningkatan kesejahtaraan dan lainnya.
“Kita harus mengabaikan seluruh masalah khilafiyah, nga usah dibicarakan. Sekarang berfikir kepentingan agama dan negera masalah hukum, kesejahteraan masyarakat, dan kebodohan,” ujarnya.
Pihak asing, menurutnya selalu menggunakan jargon demokrasi, free market, cabut subsidi dan yang sejenisnya, sementara mereka sendiri menaikkan proteksi terhadap produk luar.
“Ini diterima oleh intelektual yang bermental inlander. Jadi yang inlander bukan rakyat, tapi intelektual dan penguasanya,” tandasnya.
Jika bepergian ke luar negeri, Hasyim merasa malu karena tidak ada sesuatu yang bisa dibanggakan dari Indonesia kepada bangsa asing.
“Kita malu kalau ke luar negeri, nga ada orang hormat.bayangannya TKW dipancung, sementara kita disini bertengkar terus,” ujarnya. [nu/www.hidayatullah.com]
[+/-] |
Pengamat Intelijen: Waspadai Hidden Agenda kasus Monas |
Pengamat intelijen, Soeripto memperingatkan umat Islam untuk mewaspadai jebakan tersembunyi intelijen dalam kasus Monas
Hidayatullah.com---Pengamat intelijen, Soeripto memperingatkan umat Islam untuk tidak terjebak dengan silang-pendapat dalam kasus Monas, I Juni 2008 yang telah melahirkan polemik dan saling serang antar kelompok-kelompok Islam.
Pengamat intelijen lulusan AMN Magelang 1960 ini menegaskan, kasus bentrokan AKKBB dan FPI yang belakangan telah memancing konflik horisontal antar kelompok Islam sudah dinilai telah keluar dari konteks awalnya dan ada pembelokan isu. Karena itu, dia berharap umat Islam mewaspadai adanya unsur-unsur tersembunyi (hidden agenda) agar tidak merugikan umat Islam sendiri.
“Umat Islam harus bisa paham, apakah gerakan ini sudah mulai ada hidden agenda yang bisa merugikan umat, “ ujarnya kepada www.hidayatullah.com.
Namun yang jelas, ia merasakan sudah mulai ada agenda tersembunyi terhadap peristiwa yang belakangan ini telah membuat konflik antar ormas Islam. Menurut Soeripto, tanda-tanda jika masalah ini sudah mengarah kepada sebuah hidden agenda yakni di mana target nya adalah konflik horisontal. ”Targetnya adalah saling tuding dan saling menyerang,” jelasnya.
Tentu saja, target besar yang dimaksudkan adalah keamanan dan citra umat Islam. “Ada usaha untuk membuat citra kekerasan pada umat Islam atau violent behavior, “tambah Soeripto. Citra (image) itulah yang kini sedang dimunculkan.
Usaha-usaha seperti ini, menurut Soeripto, tidak tertutup kemungkinan dilakukan oleh intelijen asing. Karenanya, ia meminta kepada seluruh komponen umat Islam untuk melakukan kewaspadaan internal.
Mantan Sekjen Departemen Kehutanan dan Perkebunan (Dephutbun) ini menambahkan, sebenarnya di tengah silang pendapat yang telah membuat konflik antar umat ini adalah menemukan siapa dalang yang telah memecah-belah ummat. “Yang lebih penting itu menemukan siapa “si hasad” dan “si hasut””, katanya menyudahi. [cha/www.hidayatullah.com]
[+/-] |
“Kekerasan” dan KebebasanUntuk Semua |
Kekerasan fisik adalah perbuatan yang layak dikutuk. Tapi pelecehan ajaran agama, fitnah, pengrusakan nilai-nilai agama adalah juga "kekerasan" yang jauh lebih terkutuk
Ada baiknya kita palingkan pikiran kita sejenak. Di saat semua orang di negeri ini sibuk terperangkap polemik AKKBB dan FPI, seorang pemuda produktif, tergolek sedang mengalami perawatan. Ia, adalah Mohamad Guntur Romli, aktivis Jaringan Islam Liberal (JIL) dan salah satu peserta apel di Monas.
Guntur yang juga Manajer Program Jurnal Perempuan, harus dioperasi atas luka-luka yang dialaminya. Kita berharap, pemuda produktif ini segera lekas sembuh.
Tidak satu pun orang menyanggah bahwa pengrusakan dan kekerasan fisik adalah kriminal yang layak dikutuk. Hanya saja, banyak orang tak bisa membedakan, selain ada kekerasan fisik, juga ada kekerasan intelektual.
Pemukulan dan penyerangan fisik, adalah perbuatan yang layak dikutuk. Tapi pelecehan ajaran agama, fitnah, hasutan provokatif, pengrusakan nilai-nilai agama dan moral bangsa adalah kategori kriminal yang jauh lebih terkutuk.
Dalam Islam, kriminal sering disebut dengan istilah jarimah dan jinayah. Kedua istilah ini selalu mengacu pada tindakan yang melampaui batas (i'tida) dan mengharuskan pelakunya menebusnya dengan hukuman baik berupa harta, nyawa, maupun sanksi dari pemerintah (ta’zir).
Dalam peritiwa Monas, 1 Juni lalu, banyak pihak mengecam tindakan FPI. Beberapa media massa yang dikenal nasional, mengecam dan menjadikan laporan seolah-olah FPI sebagai organisasi paling beringas di dunia. Sebuah media nasional bahkan membenturkannya dengan Pancasila.
“Aksi laskar Front Pembela Islam sungguh ironis. Mereka mengumbar keberingasan pada 1 Juni lalu, persis ketika hari lahir Pancasila sedang diperingati. Adakah kelompok yang mengatasnamakan Islam ini sengaja ingin melecehkan Pancasila?”, demikian penggalan editorial Koran Tempo, (3/6) kemarin.
”Negara Tidak Boleh Kalah”, demikian tulis Harian Kompas, (3/6), seolah-olah menekan pemerintah. Bahkan Koran yang pernah diisukan dimiliki kalangan Nashrani ini menurunkan tiga opini sekaligus, “Pancasila dan Kekerasan Agama”, “Agama yang Tidak Menghakimi”, dan “Kebebasan Anarkis.”
Kekerasan Intelektual
Kekerasan atas nama apapun adalah tindakan yang tidak bisa dibenarkan. Sayangnya, sering kali masyarakat terkecoh –sebagian pura-pura tidak tahu—dengan bentuk-bentuk “kekerasan atas nama intelektual”.
Guntur , pria berusia 32 tahun ini masih tergolek lemah di RSPAD Gatot Subroto Jakarta ini, misalnyadikenal sebagai penulis cukup produktif dan dikenal sangat berani dalam mengusung isu-isu kebebasan berpendapat, meskipun harus menyinggung akidah dan ajaran yang paling mendasar dalam Islam.
Keberaniannya yang terkesan nekad dapat disimak dalam artikelnya bertema ”Pewahyuan Al-Quran: Antara Budaya dan Sejarah”, yang dimuat Koran Tempo pada 4 Mei 2007. Di situ dia menyatakan bahwa Al-Quran adalah produk sejarah dan menguatkan pendapat Nasr Hamid Abu Zayd, seorang liberal cabang Mesir yang kabur ke Belanda setelah diputuskan murtad oleh mahkamah negara asalnya. Di samping itu, dia menyatakan bahwa Al-Quran adalah karya bersama yang merupakan hasil ’gotong royong’ antara Allah, malaikat Jibril dan Nabi Muhammad. Tidak puas sampai di sini, mental keberaniannya –seolah-olah--telah memutuskan syaraf kepekaan sosial keagamaannya jauh sebelum menjadi korban FPI, dengan mengatakan bahwa Al-Quran terpengaruh dengan keyakinan Ebyon, sekte Kristen minoritas yang tidak mengakui Nabi Isa mati disalib. Pendapatnya ini didasarkan –di antaranya- hanya gara-gara Nabi Muhammad merasa berhutang budi pada Waraqah bin Naufal, rahib sekte Ebyon yang telah berjasa mengawinkan beliau dengan Khadijah. Maka sebagai balasannya, Nabi akhirnya memasukkan salah satu unsur keyakinan Ebyon dalam ajaran Islam.
Dalam sebuah tulisan di Kompas, (1/9/2007), dalam tulisan berjudul, ”Muhammad dan Kaum Cerdik Pandai Kristen”, Guntur mengatakan, bahwa Muhammad SAW bisa menjadi Nabi hanya berkat bimbingan tokoh cerdik pandai Kristen.
Memang harus diakui bahwa pria --yang kabarnya-- saat ini dalam kondisi perawatan, adalah pengusung kebebasan berpendapat dan tokoh liberal sejati, meskipun kerap melewatkan bukti dan argumen yang valid ketika berpendapat. Sebab bagi “liberal” sejati tidak perlu terikat dengan sebuah bukti, argumen maupun etika untuk menyatakan idenya. Ketika seorang liberal masih merasa terikat dengan hal-hal yang menghalangi kebebasannya, dia tidak lagi liberal dan tidak layak disebut tokoh pengusung kebebasan berpendapat.
Dalam sebuah jurnal yang mengusung paham feminisme radikal, didapati artikel yang berjudul: ”Lesbian Dalam Seksualitas Islam”. Artikel Mohamad Guntur Romli ini sangat berani bahkan keberanian penulisnya dalam mengutarakan kebebasan berpendapat layak diacungi jempol. Bagaimana tidak! Kesalehan tokoh sekelas Umar bin Khathab RA yang tidak diragukan oleh kaum Muslimin, dikotorinya dengan mengisahkan beliau sebagai pelaku anal sex. Tuduhan negatif terhadap mertua Rasulullah ini dia sandarkan pada tafsir al-Durrul Mantsur fi Tafsir bil Ma’tsur, karya Imam Suyuthi. Namun setelah saya lacak dalam tafsir tersebut, ternyata Imam Suyuthi tidak pernah menulis seperti yang dituduhkan penulis artikel tersebut terhadap Umar RA.
Pada intinya, artikel ini secara terselubung mengkampanyekan halalnya homoseksual dan lesbian dengan cara mengacak-acak kandungan Al-Quran. Dengan mengutip beberapa ayat berkenaan dengan kisah kaum Nabi Luth, dia kemudian mengajukan beberapa pertanyaan yang berdasar atas keraguan akalnya: ”Benarkah azab hanya berkaitan dengan masalah moral dan praktik seksual saja? Dan benarkah kisah itu benar-benar terjadi sebagai fakta sejarah?”.
Dalam menyikapi berbagai kisah yang terdapat dalam Al-Quran dan menganggapnya sebatas metafor, pria ini menulis: Kalau saja Al-Quran berani ”mengarang” laporannya tentang peristiwa yang disaksikan sendiri oleh Muhammad dan pengikutnya, bagaimana dengan kisah-kisah yang tidak pernah disaksikan oleh Muhammad? Ada sebuah persangkaan dan keraguan atas Al-Quran.
Pada akhirnya, artikel ini mengajak pembaca untuk bersikap kritis dan membedakan antara homoseksual saat ini dengan ”homoseksual” (dengan tanda kutip) yang terjadi pada sejarah Islam. Bagi pria yang kini tengah mendapatkan perawatan di RSPAD Gatot Subroto ini, tidak ada bedanya antara homoseksual dan heteroseksual. Bedanya hanya terletak pada kenikmatan seksual seseorang dan bagaimana ia mendapatkannya. (JP 58, hal. 75-93)
Tuduhan, kecaman, terhadap para ulama, melecehkan agama yang diyakini milyaran orang tak lain adalah salah satu bentuk “kekerasan intelektual” di negeri ini.
Yang menyedihkan, “kekerasan intelektual” justru dilakukan oleh kelompok-kelompok yang menjunjung tinggi kebebasan, demokrasi dan kebebasan beragama.
Umumnya, sebagian orang –terutama media massa—menjadikan kasus FPI sebagai bentuk kekerasan paling jahat. Sementara tak menganggap kaum intelektual yang “bermain-main” dengan akal hanya untuk sebuah kebebasan berpendapat bukan sebuah “kekerasan”.
FPI tidak tahu siapa itu Guntur, Syafi’i Anwar dan korban-korban yang terhitung luka parah akibat insiden Monas 1 juni lalu. FPI bukanlah organisasi akademis yang bergelut dengan seminar, diskusi dan tumpukan makalah. Kemauan mereka sangat sederhana, bubarkan Ahmadiyah yang telah melecehkan Islam! Mungkin ceritanya akan lain, jika sebelum terjadinya insiden itu, FPI mengenal Guntur dkk dan mengetahui sepak terjangnya dalam melecehkan Al-Quran dan ajaran Islam. Boleh jadi massa FPI jauh lebih garang dan bisa-bisa, akan berdiri “monumen kebebasan” yang menyedot dana ratusan juta dari berbagai Negara di Monas. Dan Guntur memperoleh “award”.
Radical Liberalism dan Kebebasan Bermartabat
Kebebasan yang bermartabat dalam Islam tidak membenarkan kebebasan berbuat kriminal. Bahkan Islam dengan tegas memaknai kebebasan sebatas pada kebebasan untuk melakukan hal-hal yang baik.
Kebebasan beragama, kebebasan berpendapat dan kebebasan berekspresi sering disalahartikan pada sikap arogansi untuk menindas hak kebebasan kelompok beragama dalam menjalankan dan meyakini ajarannya. Bahkan saat ini, para pengusung kebebasan beragama cenderung mengarah pada paham radical liberalism.
Kesimpulan seperti ini juga diperkuat dengan fenomena perhelatan Annual Conference on Islamic Studies (ACIS) in Indonesia VII yang dilaksanakan di Pekanbaru, 21-24 Nopember 2007 lalu. Kegiatan intelektual yang bermartabat seperti ACIS, justru digunakan untuk mengembangkan paham radical liberalism yang berwawasan anti-perbedaan. Perhelatan ACIS VII yang dimeriahkan dengan lomba debat antar mahasiswa se-Indonesia yang mengusung tema-tema untuk memojokkan Islam, seperti: Formalization of Syariah as the Real Enemy of Democracy; Ranjau Formalisasi Syariat; Mendamaikan Syariat Islam dengan demokrasi Pancasila; Pancasila dalam kepungan formalisasi Syari'ah Islam; Menolak Poligami: ditinjau dari berbagai pendekatan, Pembaharuan Hukum Islam dalam konteks keindonesiaan merupakan suatu keharusan; Benarkah poligami sebagai sunah nabi? Dan masih banyak tema-tema menyeramkan lainnya.
Tampilnya sejumlah narasumber asing non-Muslim untuk berbicara di depan para akademisi Muslim tentang studi Islam adalah bukti betapa peran agen-agen Barat di lingkungan Departemen Agama RI dalam menentukan arah studi Islam di PTAI tidak bisa dipandang sebelah mata.
Dalam sesi paralel "Islam dan Masalah Hak Asasi Manusia (HAM)" misalnya, pembahasan banyak difokuskan pada usaha mendiskriditkan hukum Islam, ulama fikih yang bermartabat dan memposisikan MUI sebagai pihak terdakwa. Dalam makalah "Mengubah Wajah Fikih Islam" misalnya, mengusulkan munculnya corak fikih baru yang bernuansa pluralis yang menjamin hak kebebasan dalam beragama, termasuk hak untuk menafsirkan agama. Pemakalah juga menuding fatwa MUI yang menyatakan kelompok Ahmadiyah sesat dan menyesatkan telah merampas hak kebebasan ini dengan cara membenturkannya dengan Resolusi Majelis Umum PBB 217A (III) 1948 dan UUD 1945 Pasal 28E dan Pasal 29.
Berkenaan dengan kebebasan beragama, seorang pemakalah tambil membawakan tema: "Menakar Kebebasan Beragama di Indonesia", menegaskan bahwa: Agama dan beragama adalah semata-mata untuk manusia bukan untuk apapun atau siapapun. Oleh karena itu tidak ada hak pada apapun atau siapapun termasuk itu Tuhan untuk memaksakan agama tertentu kepada manusia. Dalam uraiannya, kebebasan beragama secara operasional didefinisikan pemakalah dalam pengertian sebagai berikut: Kebebasan beragama sekaligus bermakna tidak hanya kebebasan untuk beragam atau memilih agama, tidak hanya kebebasan untuk menghayati atau memaknai agamanya sesuai dengan keyakinan teologisnya, tapi lebih jauh kebebasan beragama juga bermakna kebebasan untuk tidak beragama. Tapi saya tidak ingin berbicara tentang kebebasan untuk tidak beragama, karena soal ini sudah dikunci di negeri ini, komunisme sudah dihabisi, jadi segala pikiran-pikiran ateistik sudah dikesampingkan, maka saya akan berbicara kebebasan beragama dalam konteks kebebasan untuk memilih agama, untuk beragama sekaligus memaknai agamanya sesuai dengan keinginannya.
Pemakalah juga menyesalkan pembekuan aliran-aliran yang dianggap sesat seperti Ahmadiyah, al-Qiyadah al-Islamiyyah, dsb. Sehingga dalam menyoroti kedudukan MUI, dia menyatakan: "MUI misalnya, dalam amatan saya itu lebih menampilkan diri sebagai provokator konflik secara tidak langsung atau mungkin secara langsung". Lebih lanjut saat mengomentari sebuah slogan yang disanjung-sanjung oleh kelompok yang Islamisis yang menyakini Islam sebagai al-Din wa l-Daulah (agama dan negara sekaligus), dia mengatakan: "Apapun bentuknya, itu adalah suatu perselingkuhan. Maka apa yang muncul kemudian seperti partai Islam itu adalah anak haram dari perselingkuhan agama dan negara. Satu jalan menurut saya, jalan keluarnya hanya satu agar tampil relasi agama dan negara yang setara (yaitu) hanya satu, melalui jalan sekularisasi".
Beberapa fenomena liberalisasi agama yang muncul di tanah air, menguatkan indikasi merambahnya paham radical liberalism yang tidak lain adalah pembaratan ideologi rakyat Indonesia yang disusupkan melalui LSM-LSM lokal. Prinsip dasar paham ini sebenarnya adalah keabsolutan dan kebebasan yang tidak terbatas dalam pemikiran, agama, suara hati, keyakinan, ucapan, pers dan politik. Padahal paham liberalisme telah terbukti membawa dampak negatif bagi sistem masyarakat Barat, seperti mengesampingkan hak Tuhan dan setiap kekuasaan yang berasal dari Tuhan; pemindahan agama dari ruang publik menjadi sekedar urusan individu; pengabaian total terhadap agama Kristen dan gereja atas statusnya sebagai lembaga publik, lembaga legal dan lembaga sosial.
Dalam liberalisme budaya, paham ini menekankan hak-hak pribadi yang berkaitan dengan cara hidup dan perasaan hati. Liberalisme budaya secara umum menentang keras campur tangan pemerintah yang mengatur sastra, seni, akademis, perjudian, seks, pelacuran, aborsi, keluarga berencana, alkohol, ganja, dan barang-barang yang dikontrol lainnya. Belanda, dari segi liberalisme budaya, mungkin negara yang paling liberal di dunia.
Sedangkan liberalisme ekonomi mendukung kepemilikan harta pribadi dan menentang peraturan-peraturan pemerintah yang membatasi hak-hak terhadap harta pribadi. Paham ini bermuara pada kapitalisme melalui pasar bebas. Ujung-ujungnya paham radical liberalism adalah paham kebebasan bersuara dan kebebasan untuk tidak mendengarkan suara pihak lain yang berbeda.
Akhirnya paham ini mengukuhkan paham diktatorisme, di mana kelompok yang paling kuatlah yang akhirnya berkuasa. Dalam konteks bernegara, paham ini diam-diam meneriakkan slogan kebebasan untuk semua, yaitu rakyat bebas berbicara dan pemerintah pun bebas untuk tidak mendengarkan suara rakyat.
Sebagai penutup, konsep kebebasan dalam Islam merujuk pada kata ikhtiyar yang berakar kata khair (baik). Jadi umat Islam tidak dibebaskan untuk melakukan hal-hal yang tidak baik. Sebab hak kebebasan seseorang senantiasa terbatas dengan hak kebebasan yang dimiliki orang lain. Pada intinya, kebebasan yang dilahirkan dari paham radical liberalism adalah kebebasan yang tidak bermartabat. Dan biasanya selalu melahirkan kekerasan intelektual yang lukanya jauh lebih menyakitkan dibanding kekerasan fisik. Lallahu ‘a’lam. [www.hidayatullah.com]
Penulis alumni ISID Gontor & International Islamic University Malaysia (IIUM), Faculty of Islamic Revealed Knowledge and Human Sciences, Department Usul al-Din and Islamic Thought.
Minggu, 03 Februari 2008
[+/-] |
JANGAN SIS-SIAKAN HIDUPMU |
Tinggikan Kalimatullah dan Tegakkan Hukumnya dimuka bumi atau diri fana dalam membelanya
“ Katakanlah kebenaran itu walaupun pahit bagimu ”
[+/-] |
USIA SENJA |
Begitulah bekas hasil perjuangan hidup. Perjuangan untuk membuktikan diri adalah hamba Allah yang berhasil, adakah bekas sujud masih terlihat ? tujuh anggota badan itu masihkah dapat bertahan dalam menikmati rakaat yang panjang ? apakah kedua mata itu masih berminat kepada Al-Quran ? bukankah Al-Quran berisi kalimat cinta Allah kepada hamba-Nya ?
Biarlah segalanya hilang, tua, lemah dan tidak berdaya. Jika diri bertemu Allah nanti, saat sakaratul maut datang menjemput, katakanlah dengan bangga kepada yang dikasihi ; “ Ya Allah, saksikanlah tubuh kurusku yang berpenyakit, mata rabunku, tulangku, darah dan dagingku semuanya kupersembahkan kepada-Mu, mereka semua beribadat, berjuang dan bekerja untuk keridhaan-Mu, Ya Allah, bangkitkan mereka pada hari akhirat nanti dengan bekas perjuangan dijalan-Mu.”
Mengapa harus bersedih pada penghujung usia ? mengapa harus melayan perasaan yang membuat diri pikun ? bukankah belantara ilmu masih belum dijelajahi semua ?
Ada Al-Quran dan masjid tempat mengistirahatkan hati, generasi muda pula memerlukan bimbingan bijak, mengapa biarkan diri terlena tenggelam menunggu ajal yang semakin dekat ?
Umat perlu tuntunan, renovasi aqidah, ibadat dan akhlak. Masyarakat masih sakit dengan keruntuhan moral dan kejahatan. Sesungguhnya tiada kata istirahat di dunia ini, janganlah kita menjadi lalai sahabatku, jangan kita tertidur diatas kehinaan, jangan kita berbaring setelah terlihatnya kerusakan disekitar kita, jangan kita tertawa ketika banyak saudara kita merintih, jangan kita berlari ketika kita mampu memapah saudara kita yang dalam kesusahan, janganlah lisan kita diam ketika orang-orang munafik dan kafir menghujat Dien (Islam) yang kita cintai ini, janganlah kita hanya mengingkarinya dalam hati selama lisan dan tangan mampu berbuat lebih, janganlah kita hanya duduk ketika orang-orang yang ikhlas dijalan-Nya berjuang meneteskan darah dan tersayat tubuh mereka, yang buat mereka tubuh tidak berharga dari pada Agama Islam ini, mereka rela tercabik-cabik, terpisah tubuh satu dari tubuh yang lain demi kemuliaan Islam, mau jadi generasi apa kita ? generasi penghianat ? generasi yang rusak moralnya ? sudahlah saudaraku, sudahlah….sadarlah dan bangkitklah kembalilah kepada yang Haq, selagi ajal belum sampai, berjuanglah dengan kemampuanmu untuk membuktikan cintamu pada-Nya, karena tidak ada istilah pensiun dalam perjuangan ini, Istirahat kita adalah disurga kelak, hidup biarlah mulia dan matipun biarlah mulia
Masa yang berlalu begitu berharga demi menolong agama Allah ini, teruslah beramal, berjuang, ibadah dan muamalah sesama insan, sampai Allah ridha atas kita dan sudi menerima kita sebagai hamba-Nya yang teruji. Islam Sampai Mati !.
[+/-] |
Pertemuan Pasti Dihari Yang Dijanjikan |
“Manusia kelak akan dihadapkan kepada Allah SWT. Berduyun-duyun, dan menghadap pada Allah satu persatu.
Ke-ngerian sehari perkiraannya sama dengan lima puluh ribu tahun didunia, hari yang menggetarkan, duka cita dan menyesal, itulah hari yang besar, hari bangkitnya semua makhluk untuk menghadap kepada Rabbul Alamien, hari perhitungan dan pertimbangan serta pertanyaan, hari kegoncangan, yang pasti, yang menakutkan, hari kebangkitan, hari dimana tiap manusia akan melihat apa yang telah dilakukannya.
Hari dimana semua manusia dalam berbagai bentuk akan melihat amal perbuatannya, hari dimana wajah manusia putih berseri dan wajah lainnya hitam, hari dimana seseorang tidak dapat menolong orang lainnya, dan tidak berguna tipu daya mereka yang selalu menista agama-Nya, hari dimana seorang ayah tidak dapat menolong anaknya sendiri, hari dinama seorang sahabat tidak dapat menolong sahabatnya sedikitpun, hari dimana bahayanya bertebaran meluas, hari dimana tidak diterimanya udzur orang-orang yang zalim dan mereka tetap mendapat kutukan (laknat) serta siksa yang keji, hari dimana tiap ibu akan melalaikan bayi yang disusuinya karena memikirkan dirinya, bahkan orang-orang bagaikan orang mabuk tetapi tidak mabuk karena minuman keras melainkan karena ngerinya siksaan yang sangat keras “
Selamatkan kami…..Ya Allah….
[+/-] |
YANG LEBIH BERAT DARINYA |
“Wahai orang bijak, sesungguhnya saya datang untuk mendapatkan ilmu yang telah Allah berikan kepadamu. Beritahukan kepada saya :
Tentang langit dan apa yang lebih berat darinya
Tentang bumi dan apa yang lebih luas darinya
Tentang batu dan apa yang lebih keras darinya
Tentang api dan apa yang lebih panas darinya
Tentang salju dan apa yang lebih dingin darinya
Tentang lautan dan apa yang kaya darinya
Orang miskin papa dan apa yang lebih hina darinya
orang bijak menjawab :”ketahuilah sesunggunya,
Berdusta atas orang yang tidak bersalah lebih berat dari segenap langit
Kebenaran lebih luas dari bumi,
Hati orang kafir lebih keras dari batu,
Ketamakan dan kedengkian lebih panas dari api,
Kebutuhan akan kerabat bila tidak berhasil lebih dingin dari salju,
Hati yang menerima (lapang dada dan ikhlas) lebih kaya dari lautan,
Penghasut bila terbongkar perkaranya lebih hina dari orang miskin papa.
Minggu, 20 Januari 2008
[+/-] |
“Sudahkah Hati Kita Terbangun ?” |
mengapa Ani hidup ?
Untuk apa Ani hidup ?
Apa yang Ani cari ?
Kebahagiaan Apa yang Ani inginkan ?
Memikirkan seusia anak umur 10 tahun yang berusaha mencari “kebahagiaan” kekal.. Dengan mata yang sayu ani memandang hidup dengan hati yang lembut, dalam kepolosannya Ani berusaha mencari apa yang selama ini orang-orang lalai akan Allah SWT…Ani anak yang selalu bersyukur dalam apapun keadaan hidupnya…anak yang berusaha patuh pada-Nya…dan yang selalu teringat tentang Ani adalah adalah ucapanmu adikku kepada ku “Ani tidak takut apapun, suster, dokter, Ani tidak takuk Kak…Ani hanya takut pada Allah…”tidak seperti kebanyakan orang-orang diatas usianya yang memandang hidup dengan penuh nafsu keduniaan…mengejar segala gemerlap dunia yang sebenarnya tidak akan pernah dia bawa “pulang”…”Duhai Allah yang Maha Lembut Sayangilah Ani dengan Kasih Sayang-Mu..Peliharalah Ani dengan sebaik-baik pemeliharaan-Mu Jagalah Ani dengan Sebaik-baik penjagaan-Mu..Duhai Allah Lembutkan selalu hati Ani..semoga selalu dalam lindungan dan hidayah-Mu…Amin…”
Kenapa tidak semua orang berfikir seperti Ani ?
Apa dunia begitu gemerlap ? Apa Dunia menjanjikan kebahagiaan kekal ?
Apa yang menjadi tujuanmu…yang selalu membuat engkau lupa akan janji Allah ?
Begitu berhargakah popularitas ?
Begitu Bernilaikah Harta ?
Begitu hebatkah jabatan ?
“Orang-orang yang paling berbahagia tidak selalu memiliki hal-hal terbaik, tapi mereka hanya berusaha menjadikan yang terbaik dari setiap hal yang hadir dalam hidupnya…”
Nafsu keduniaan membuat banyak orang lupa untuk mencintai Allah…mereka sibuk dengan Harta..pikiran mereka kacau memikirkan Harta…tidur tidak lelap..selalu gelisah dengan harta dan segala kesibukan dunia…walau dengan cara yang tidak disukai Allah SWT pun akan mereka lakukan…mereka sibuk dengan kecintaan pada dunia..harta, wanita, jabatan, popularitas sungguh jemari ini tak sanggup mengukirkan tulisan lebih dari itu…Duhai Allah ampunilah Hambamu yang Dho’if ini…
Rasulullah bersabda “Demi Allah,Dunia ini dibanding akhirat ibarat seseorang yang mencelupkan jarinya kelaut ;air yang tersisa dijarinya ketika diangkat itulah nilai dunia”(HR.Muslim)
Sahabatku..
Pernahkah terpikir dalam benakmu…seperti apa akhir hidupmu ?
Sungguh janganlah dunia membuat hati lalai dari mencintai Allah….
Rasulullah pernah bersabda “Seandainya dunia itu ada nilainya di sisi Allah bahkan seberat sayap nyamuk sekalipun..tentu Allah tidak akan sudi memberi minum pada orang kafir walaupun hanya seteguk..”(HR.Tirmidzi-Shahih)
Dunia ini memang tidak ada nilainya di sisi Allah…demikianlah Allah memberikan makan, minum dan pakaian pada orang kafir. Memberikan kekayaan dan segala macam kemewahan daripada yang Allah berikan kepada orang yang Sholeh..dunia hanya ibarat setetes air laut…
Namun dunia juga adalah sember kebaikan bagi orang sholeh..jembatan menuju akhirat yang penuh ketentraman, kenikmatan, kebahagiaan yang kekal…dunia adalah ladang bercocok tanam yang hasilnya akan kita petik kemudian di Akhirat.
Rasulullah bersabda :”Dunia ini adalah ladang untuk bercocok tanam (tempat melakukan amal ibadah dan amal kebaikan) yang hasilnya dituai di akhirat kelak”.
Allah Berfirman dalam surah Al-Qashash:60-61
“Dan apa saja yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah ke- nikmatan hidup duniawi dan perhiasannya; sedang apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal. Maka apakah kamu tidak memahaminya? Maka apakah orang yang Kami janjikan kepadanya suatu janji yang baik (surga) lalu ia memperolehnya, sama dengan orang yang Kami berikan kepadanya kenikmatan hidup duniawi; kemudian dia pada hari kiamat termasuk orang-orang yang diseret (ke dalam neraka)?
Saudaraku…dunia juga penting, tapi akhirat lebih penting dan perlu di utamakan. maka junjunglah akhiratmu di atas kepalamu, dan peganglah dunia dengan kedua tanganmu. apabila akhirat terasa hendak jatuh, lepaskan dunia dan angkat akhirat dengan kedua tangan kita bukan sebaliknya.
“duhai Allah janganlah Engkau jadikan dunia ini. Besar dalam hati kami” Amin.
Duhai Allah pemilik Asmaul husna…pencipta segala apa yang ada dilangit dan di bumi pemilik kerajaan yang sebenarnya…Tiada sekutu bagi Engkau..
Duhai Allah dengarkanlah keluhan nurani ini…sujud ini mungkin tidaklah begitu sering..ampunilah kami hamba-Mu yang dha’if….duhai Allah..
Ketika diri ini terasa jauh darimu
Ketika dosa dan maksiat mengotori hati
Ketika diri ini tak lagi dapat menjaga pandangan dan hati
Ketika resah gelisah
Ketika air mata ini tak mampu lagi mencairkan kerasnya hati..
Kepada siapa lagi harus ku palingkan wajahku selain hanya pada-Mu
Kepada siapa lagi harus kuadukan segala susah sedih dalam hati selain hanya pada-Mu
Kepada siapa lagi harus memohon selain hanya pada-Mu
Kepada siapa lagi harus kugantungkan harapan ini selain hanya pada-Mu
Kepada siapa lagi harus ku memohan ampunan selain hanya pada-Mu
Ya Allah…ampunilah aku ya Allah…berikanlah ketenangan bagiku…
Ya Allah…bersihkanlah hatiku dari dosa dan maksiat pada-Mu…
Ya Allah…aku sandarkan hanya pada-Mu…
Tunjukkanlah kepadaku jalan kebenaran ya Allah…
Jauhkanlah daripdaku jalan-jalan kemungkaran ya Allah…
Tunjukkanlah kepadaku jalan menuju surga-Mu…
Jauhkanlah daripadaku panasnya neraka-Mu…
Duhai Allah..janganlah Engkau murka kepadaku atas kesalahanku..
Janganlah Engkau murka kepadaku atas kealpaan diriku ya Allah…
Betapa besar cinta-Mu padaku ya Allah….
Betapa murah rizki dan karunia-Mu kepadaku ya Allah…
Allahumma Ya Allah…Ya Arhamar raahimin…
Segala puji hanya pada-Mu,Zat yang maha menciptakan, Engkaulah satu-satunya sang Maha Pencipta. Shalawat dan salam buat kekasih-Mu,Rasulullah Muhammad SAW; rahmat bagi semesta alam,shalawat dan salam juga buat keluarga baginda, serta para sahabat beliau
Duhai Allah, rahmat-Mu yang meliputi segala sesuatu, nikmat-Mu yang senantiasa mengalir tanpa henti, hamba yang faqir ini memohon keuatan dan taufik daripada-Mu, agar senantiasa hidup dan mati ini, semata-mata hanya untuk-Mu, karena-Mu..Amin..
Senin, 14 Januari 2008
[+/-] |
Komitmen Muslim Sejati |